KOMPAK di Youth Anti Corruption Camp
Setelah KPK mendapat banyak
dukungan dari publik gara-gara mendapat gempuran dari kepolisian, Selasa
(09/10/12), KPK menyelenggarakan Youth Anti Corruption Camp untuk
pertamakalinya di Ciawi Bogor. Acara ini berlangsung selama 4 hari dimulai
sejak 09 s/d 12 Oktober 2012. Hampir 100 peserta dari berbagai komunitas yang
bergerak di bidang anti korupsi mengikuti kegiatan ini, yang kebanyakan merupakan
mahasiswa dari berbagai Universitas. Dari Universitas Paramadina, yang menjadi
delegasi adalah Asri Nuraeni dan Septi Diah Prameswari yang mewakili Komunitas
Pemuda Anti Korupsi (KOMPAK) Paramadina.
KOMPAK Paramadina, merupakan
sebuah komunitas yang dibangun berdasar atas keprihatinan akan begitu banyaknya
masalah korupsi di tanah air. Dengan adanya sinergi di antara mahasiswa,
diharapkan komunitas ini bisa menanamkan nilai-nilai integritas, dan
mengimplementasikannya mulai dari hal-hal kecil. Seperti tidak menyontek saat
ujian.
Di hari pertama, acara berlangsung
meriah. Dimulai dengan games-games yang mendekatkan peserta dan membuat
suasana menjadi lebih cair. Acara kemudian dibuka oleh ketua KPK, Abraham Samad
pada sore harinya.
Abraham Samad menjelaskan bahwa
yang menjadi latar belakang terjadinya korupsi adalah gaya hidup masyarakat
yang cenderung hedonis dan konsumtif. Hedonisme ini yang membuat
masyarakat cenderung fokus pada kepemilikan barang-barang tertentu yang
dianggap bisa meningkatkan prestisenya, begitu pula dengan budaya konsumtif,
dimana individu terdorong memenuhi hasrat konsumsinya, diluar pertimbangan
fungsi produk yang dikonsumsi. Cara pandang masyarakat yang terkadang salah
kaprah ini, seperti pandangan tentang dokter yang sukses adalah yang berhasil
menjadi kaya dari profesinya, padahal sejatinya kesuksesan seseorang itu tidak
dilihat dari sisi materi, tetapi bagaimana dia mempertahankan kejujuran,
idealisme, dan integritasnya. “Kita perlu mengubah persepsi yang keliru ini.”
tegas Abraham Samad.
Saya dan teman-teman Kelompok 7
Dari kiri depan : Bella (UB), Uti (UI), Mba Yani (mentor dari DT), Saya, Ferdi (STAN), Putu (Unud), Sidiq (PNJ), Herman (UGM), Wachid (Undip), Yogi (Unand), Melyan (Bengkulu). dan Mas Danny (mentor dari KPK).
Dari kiri depan : Bella (UB), Uti (UI), Mba Yani (mentor dari DT), Saya, Ferdi (STAN), Putu (Unud), Sidiq (PNJ), Herman (UGM), Wachid (Undip), Yogi (Unand), Melyan (Bengkulu). dan Mas Danny (mentor dari KPK).
Acara di hari pertama, berlangsung
sampai dengan malam hari. SIMPONI (Sindikat Musik Penghuni Bumi) menjadi
pemateri di sesi kedua. Di sesi ini, ditegaskan bagaimana perbedaan antara
‘anak muda’ dan ‘orang tua.’ Anak muda yang mempunyai sense dan merespon
perubahan, sedangkan orang tua cenderung berkomentar dan melakukan kontrol.
Anak muda yang memimpikan masa depan, mencari solusi dari masalah, mereka yang
tidak kehabisan energi, yang lebih banyak aktifitasnya dibandingkan dengan
istirahatnya, dan selalu melihat adanya kesempatan. Tetapi, yang berlaku disini
bukanlah usia biologis, tetapi semangat muda, walaupun sudah tidak muda lagi.
SIMPONI merupakan sekumpulan
musisi dan penikmat musik yang juga berkontribusi dalam pendidikan anti korupsi
dan masalah lingkungan di Indonesia. Lagu ‘Verdict : Virus’ yang diciptakannya, pernah
mendapat penghargaan sebagai Juara kedua Kompetisi Internasional Musik Anti
Korupsi di Belgia. “Perjuangan melawan anti korupsi itu tidak berbeda dengan
bermain bola, kita harus berbagi peran, dan kami memilih seni sebagai jalan
perjuangan kami.” Ujar salah satu personel SIMPONI.
Acara di hari pertama, ditutup
dengan evaluasi per kelompok. Dengan tenaga yang tersisa, mereka masih semangat
memperbincangkan apa yang telah di dapat di hari itu.
Aci,ijin copy sebagian catetan youthcamp ini ya. buat laporan perjalanan dinas. ak udah agak lupa urutan acaranya. hehe
BalasHapus:)
Siip...mangga, silahkan.
HapusNah, setuju tuh ma statement sekampung saya.. *ehehehe
BalasHapuslanjutkannn acii :D
BalasHapus@Chaerul : ciee..yang orang sekampung..:)
BalasHapus@Rona : Oka Ron..:D