Gaya Hidup & Mitos Cantik Perempuan di Media
Twiggy, model yang menjadi ukuran untuk manequin |
Orang-orang saat ini hidup dengan beragam gaya hidup.
Gaya hidup pecinta lingkungan (green life), gaya hidup hedonis, gaya hidup
agamis, dan mungkin masih banyak lagi gaya hidup yang lain. Nah, Ada juga gaya
hidup perempuan-perempuan Indonesia yang mengejar Mitos Cantik yang disampaikan
oleh media (Mainstream, maksudnya TV).
Sebelum jauh-jauh membahas gaya hidup, ada baiknya
kita mengetahui apa arti gaya hidup itu. Gaya hidup dalam KBBI merupakan
pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia di dalam masyarakat. Gaya
hidup menunjukkan bagaimana orang mengatur kehidupan pribadinya, kehidupan
masyarakat, perilaku di depan umum, dan upaya membedakan statusnya dari orang
lain melalui lambang-lambang sosial. Gaya hidup/life style, dapat
diartikan juga sebagai segala sesuatu yang memiliki karakteristik, kekhusuan,
dan tata cara dalam kehidupan suatu masyarakat tertentu.
Beranjak dari mitos terlebih dahulu, mitos
merupakan sesuatu yang dipercaya oleh masyarakat, namun ketika ditelusuri lebih
lanjut, hal itu tidaklah ilmiah, atau bahkan tidak ada. Mitos awalnya merupakan
usaha untuk menjelaskan suatu hal, yang sebelumnya tidak bisa dijelaskan secara
ilmiah.
Kecantikan perempuan Indonesia, sebenarnya
merupakan suatu hal yang relatif. Masyarakat yang terdiri dari berbagai macam
ras (ras mongoloid, dan campuran ras austroloid dan ras negroid) tentu
mempunyai standar cantiknya masing-masing.
Namun, coba tengok iklan-iklan di TV, dan
majalah sekarang. Cantik yang ditampilkan lebih Universal (satu), dan jika
dirinci, perempuan yang cantik adalah perempuan yang berkulit putih, langsing,
berambut panjang. (Bukan begitu bukan?).
Ada beberapa teori dalam komunikasi yang
bisa menjelaskan fenomena ini. Check this out!
1. Teori Kultivasi
Teori ini menjelaskan bagaimana dampak
dari menyaksikan TV pada persepsi, sikap, dan nilai-nilai yang dianut
seseorang. Tim Gerbner mengatakan bahwa pemirsa berat “heavy viewer”
televisi pada hakikatnya memonopoli dan memasukkan sumber-sumber informasi,
gagasan, dan kesadaran lain. Dampak dari keterbukaan ke pesan-pesan yang sama
menghasilkan apa yang oleh para peneliti disebut dengan kultivasi, atau pengajaran
pandangan bersama tentang dunia sekitar, peran-peran bersama, dan nilai-nilai
bersama. Berdasarkan teori ini, pesan-pesan yang disampaikan melalui media
ini, mempengaruhi persepsi pada tahap awal (persepsi), kemudian sikap, dan nilai-nilai
yang dianut seseorang, kemudian berakhir di perubahan perilaku.
2. Teori Framing (Pembingkaian Media)
Bingkai (frame) kadang-kadang
ditentukan oleh mereka yang berkuasa dan kemudian diangkat dan dikirimkan oleh
media. Pembingkaian bukan hanya dalam hal pembingkaian sebuah berita saja,
tetapi juga dalam pembingkaian pesan ‘cantik’ di media. Penguasa dalam hal ini
merujuk pada pengiklan (pemilik modal) yang mendirect media untuk
menyebarluaskan pesan-pesan yang dikehendaki.
Teori ini menunjukkan bagaimana pesan
‘cantik’ dikemas dan disampaikan pada khalayak. Pesan yang disampaikan pada
akhirnya, benar-benar berpengaruh bagi laki-laki dan perempuan. Perempuan
menjadi terdorong untuk membeli produk kecantikan dan pelangsing tubuh yang
diiklankan, dan begitu juga dengan persepsi cantik yang ada di benak
laki-laki.
3. Teori Konstruksi Sosial Media
Massa
Gagasan awal dari teori ini adalah
untuk mengoreki teori konstruksi sosial atas realitas yang dibangun oleh Peter
L Berrger dan Thomas Luckmann (1966, The social construction of reality. A
Treatise in the sociology of knowledge. Tafsir sosial atas kenyataan: sebuah
risalah tentang sosisologi pengetahuan). Mereka menulis tentang konstruksi
sosial atas realitas sosial dibangun secara simultan melalui tiga proses, yaitu
eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Proses simultan ini terjadi
antara individu satu dengan lainnya di dalam masyarakat. Bangunan realitas yang
tercipta karena proses sosial tersebut adalah objektif, subjektif, dan simbolis
atau intersubjektif.
Teori ini menunjukkan, bagaimana
cantik yang dikonstruksi oleh media, yaitu perempuan dengan tubuh langsing,
kulit putih, dan rambut panjang. Walaupun sebenarnya ada beberapa pendapat
lain, yang meng-konstruksi sendiri konsep cantik. Misalnya, kulit cantik itu
bukan harus putih, tetapi terawat.
Dampak terhadap Perilaku (Dampak yang paling terlihat
: Anoreksia & Bulemia)
Ketika memasuki usia remaja, (masa pubertas), remaja
menjadi sangat concern atas pertambahan berat badan, terutama
remaja putri, karena mereka mengalami pertambahan jumlah jaringan lemak,
sehingga mudah menjadi gemuk apabila mengonsumsi makanan yang berkalori tinggi.
Pada kenyataannya kebanyakan wanita ingin terlihat langsing dan kurus karena
beranggapan bahwa menjadi kurus akan membuat mereka bahagia, sukses dan
popular. Gangguan yang paling terlihat yaitu anoreksia dan bulemia.
Anoreksia nervosa yaitu terjadi hilangnya
nafsu makan atau terganggunya pusat nafsu makan. Hal tersebut terjadi karena
konsep yang terputar balik mengenai konsep penampilan tubuh, sehingga penderita
mempunyai rasa takut yang berlebihan terhadap kegemukan. Penderita anoreksia
sadar mereka lapar, namun rakut untuk memenuhi kebutuhan makan mereka, karena
bisa berakibat meningkatnya berat badan. Penderita anoreksia dapat menurunkan
berat badannya 25% hingga 50% dari berat badannya.
Penderita bulemia biasanya memiliki berat
badan yang stabil atau ideal. Meski memiliki nafsu makan yang besar dan tidak
terkendali, penderita bulemia berusaha menurunkan berat badannya. Entah itu
dengan menggunakan obat pelangsing atau dengan meuntahkan makanannya kembali
setiap makanan yang sudah dimakan. Rasa tidak puas akan bentuk tubuh sendiri
dan ketidakmampuan untuk mengontrol makanan yang masuk sering dituding sebagai
penyebab utama terjadinya bulemia. Selain itu, kepercayaan diri yang rendah dan
ketidakmampuan seseorang untuk mengatasi stress juga disebut sebagai penyebab
bulemia.
Point-point Penting :
- Media melakukan framing terhadap konsep cantik perempuan. Konsep ini disesuaikan dengan kepentingan pengiklan yang kebanyakan adalah produk kecantikan (pemutih kulit dan pelangsing tubuh, dan produk rambut).
- Sesuai dengan teori Kultivasi, media mempengaruhi
persepsi orang tentang ‘cantik’ baik bagi laki-laki dan perempuan.
Perempuan digiring untuk memenuhi konsep cantik tersebut, dan laki-laki
digiring untuk menyukai perempuan dengan konsep cantik tersebut.
- Televisi, film dan majalah pop, penuh
gambaran tentang remaja dan wanita yang secara tipikal/khas
ditampilkan dalam sosok putih, sangat ramping, supermom.
- Dampak langsung yang terlihat adalah dengan banyaknya wanita yang
membeli dan mengonsumsi produk kecantikan yang dijual, bahkan sampai
munculnya penderita anoreksia dan bulemia, dan perempuan yang ingin
mengubah penampilannya dengan cara instan melalui suntik silikon.
0 comments:
Posting Komentar
Senang jika anda mau meninggalkan jejak di postingan ini..:)