Cerita Paman-Paman
bagi pembaca yang menganggap ini tulisan serius, silahkan untuk tidak membaca posting ini. Sekali lagi, silakan tinggalkan postingan ini. :D
Postingan ini akan menceritakan salah satu paman saya.
Postingan ini akan menceritakan salah satu paman saya.
Jumat malam sabtu kemarin, (30/11/12) saya mendapatkan kabar
mengejutkan. Awal cerita, saya sedang membuka akun facebook saya, dan melihat
chat dari paman saya yang masih muda dan single itu. (sekalian promosiin paman
saya, oya, hehe. ini link fbnya : ).
Dalam bahasa Sunda, paman itu disebut Mamang. Dan kebetulan, saya
mempunyai banyak mamang dari pihak Bapak. Mamang yang adik Bapak sebenarnya
hanya ada dua, dan sisanya adalah sifat
Mamang (Paman-anak dari Adik Nenek).
Si Mamang yang adik Bapak saya, bilang di Chat begini:
“Neng, si Mang Iman tikunclung ka sumur siah..”
yang artinya: “Neng, Mang Iman masuk sumur loh..”
Sontak, saya malah tertawa. Entah kenapa, entah bahagia atau
apa, kok rasanya kalimat berita (informasi) dari Mamang saya itu kok lucu..dan
saya membalas chat itu,
“Maot teu mang?”
Yang artinya : “Mati ga Mang?” *sadis. Yang ditanya bukan
kabarnya baik atau tidak, tapi malah ditanya meninggal apa tidak. Hehe, :)
Jadi, saya punya lima Mamang, dan 2 dari mereka (Mang Dian
yang cakep itu, dan Mang Ipan) sering menjadi teman sepermainan saat saya
kecil. Teman sepermainan atau saya yang nimbrung main sama mereka ya? Hehe, entahlah.
Yang saya ingat dari Mang Dian itu, kalau saya tanya dia
suka jawab dengan ketus. Misalnya, ketika dia sedang membuat kerangka layang-layang,
saya bertanya lagi buat apa. Dia jawab “Liat aja nanti” dengan ketusnya.
Hmmm...sombong..:D Gitu deh, sombongnya anak kecil.
Yang lucu dri si Mang Dian adalah, ketika disindir oleh
beberapa sesepuh di keluarga ketika tatto temporari di lengannya kelihatan. “Wuihh...ditatto
sekarang ya?” salah satu komentar kurang lebih demikian. Si Mamang pun terlihat
tersipu.
Beberapa tahun terakhir, saya sempat dengar cerita tentang komentar teman Mang Dian yang ditujukan untuk Bapaknya. Intinya teman Mang Dian bilang, kalau dia sendiri susah cari cewek, kalau ke Dian mah katanya, banyak yang antri.. Hmm, baiklah. Mamang yang satu ini laku dipasaran, *Loh, hehe..:D
Beberapa tahun terakhir, saya sempat dengar cerita tentang komentar teman Mang Dian yang ditujukan untuk Bapaknya. Intinya teman Mang Dian bilang, kalau dia sendiri susah cari cewek, kalau ke Dian mah katanya, banyak yang antri.. Hmm, baiklah. Mamang yang satu ini laku dipasaran, *Loh, hehe..:D
Kalau si Mang Ipan, apa ya? Dia suka menjulurkan lidah atau
menjitak kepala saya kalo ga salah, jaman saya masih bocah. Hmm..karena saya paling muda, jadi saya
yang dibully kali ya.
Yang lucu dari Mang Ipan, adalah ketika dia masuk Pesantren dan katanya nangis gara-gara ditinggal Mamahnya. Dengan bangganya saya bilang, kalau saya nggak nangis tuh pas masuk pesantren, (kebetulan kami masuk pesantren dalam minggu yang sama), tetapi berbeda tempat. Padahal, Mang Ipan waktu itu sudah lulus SMP, dan saya baru lulus SD. Tuh kan, keliatan yang lebih tough siapa? Hehe.
Kalau ketemu si Mang Ipan sekarang, pasti dia curhat tentang kisah cintanya yang kandas ditengah jalan. Oke, baiklah. Mungkin si Mamang belum menemukan tambatan hatinya.
Yang lucu dari Mang Ipan, adalah ketika dia masuk Pesantren dan katanya nangis gara-gara ditinggal Mamahnya. Dengan bangganya saya bilang, kalau saya nggak nangis tuh pas masuk pesantren, (kebetulan kami masuk pesantren dalam minggu yang sama), tetapi berbeda tempat. Padahal, Mang Ipan waktu itu sudah lulus SMP, dan saya baru lulus SD. Tuh kan, keliatan yang lebih tough siapa? Hehe.
Kalau ketemu si Mang Ipan sekarang, pasti dia curhat tentang kisah cintanya yang kandas ditengah jalan. Oke, baiklah. Mungkin si Mamang belum menemukan tambatan hatinya.
0 comments:
Posting Komentar
Senang jika anda mau meninggalkan jejak di postingan ini..:)