Menyusuri Jawa, Menuju Semeru
Bermula dari ajakan temen-temen se-geng di FIM-Rescue, saya melakukan pendakian pertama saya ke Gn. Semeru. Awalnya saya ragu, setelah tahu bahwa Semeru ini ketinggiannya 3.676 mdpl. Bisa nggak ya, yakin nggak ya? Akhirnya ngeberaniin diri, dan daftarlah saya di acara pendakian bersama itu.
Rencana awal, kami yang tergabung dalam FIM Mendaki yang terdiri dari saya, Ria Aqmalia, Septian, Neneng, dan Wali akan bertemu di Tumpang, sebuah Desa yang mempunyai fasilitas cukup lengkap. Kemudian, bersama-sama mendaki.
Tim Jakarta, berangkat dengan menggunakan bus. Rombongan terpisah berdasarkan daerah : Jaktim, Jakpus, Jaksel, Jakut, dan Jakbar. Gara-gara telat daftar, saya jadi ga bisa satu rombongan dengan Wali (rombongan Jaksel) dan Tian (dari Lampung dan ikut rombongan Jaksel). Dan saya berangkat dengan rombongan Jaktim. Alhasil, kami berangkat sendiri-sendiri.
Selama di perjalanan, saya masih sempat komunikasi dengan Wali, Tian, dan Ria. Wali yang berangkat dengan rombongan Jaksel, sudah berangkat tetapi lewat jalur selatan. Ria sudah sampai di Malang sehari sebelumnya, krena rombongan Bandung menggunakan kereta menuju Malang. Dan Tian, mobilnya sempat mogok, di daerah Garut, ditambah sempat mogok lagi gara-gara ganti ban kalau tidak salah. Ketika saya masuk daerah Jatim, Ka Ria sudah tidak bisa dihubungi lagi. Curiga, ka Ria sudah mulai mendaki, batin saya.
Jalan dari Pasar Tumpang menuju Ranu Pane, pemandangannya bagus. Ada beberapa desa yang kami lewati, terlihat seperti negeri di atas awan karena dipenuhi kabut. Sisi kedua ruas jalan, banyak jurang..dan beberapa kali, mobil yang berpapasan dari arah berlawanan harus bergantian.
Rencana awal, kami yang tergabung dalam FIM Mendaki yang terdiri dari saya, Ria Aqmalia, Septian, Neneng, dan Wali akan bertemu di Tumpang, sebuah Desa yang mempunyai fasilitas cukup lengkap. Kemudian, bersama-sama mendaki.
Atas : Tian, Ria, Kribo Bawah: Wali, Neneng, dan Saya. |
Rombongan bus Jaktim yang berkumpul di daerah UKI, berangkat jam 5 subuh (Rabu, 14 Nov) . Padahal, perjanjiannya berangkat jam 4, dan yang telat bakal ditinggal. Saya berangkat dari rumah jam 2 malem, dan hanya tidur selama 1 jam, setelah selesai mengerjakan tugas sebagai pengganti saya bolos kuliah. Hmm, perjuangan memang.
Saya sempat bertemu dengan Tian di UKI sebelum bus berangkat. Awalnya, Tian mau membawakan kompor saya (yang nantinya bakal dipake kelompok). Tapi karena kompornya bisa dibilang cukup gede, Tian malah berniat mengembaikan kompor ke rumah saya. Kebetulan rombongannya Tian, kabarnya akan berangkat siang. Melihat barang bawaan saya yang masih banyak yang ditenteng, padahal ransel saya udah gede juga, Ka Tian berbaik hati membawakan beberapa barang saya, yaitu kantong keresek berisi makanan. Prediksi kami, nanti bakal ketemu di Desa Tumpang. Dan nyatanya, kita nggak ketemu di Tumpang.
Bus pun melaju, seiring hari yang bertambah siang. Saya duduk disebuah bangku, dengan 2 bangku di samping saya yang kosong. Saya merapat ke jendela untuk bisa lebih leluasa melihat pemandangan sepanjang jalan. Dari dulu, saya memang suka melihat keluar jendela selama perjalanan di bus, itu seperti saya sedang melihat film, yang bergeser perlahan. Lama-lama, saya mengantuk, dan tertidur. Membayar kurang tidur gara-gara begadang.
Awalnya, saya belum nyaman dengan suasana baru. Suasana baru, dimana saya bertemu dengan orang baru, dan saya melihat teman-teman lain asyik bersama kelompoknya masing-masing. Saya jadi ngerasa kayak anak yang kehilangan induk. Tapi, saya tetap berbaur, berkenalan, tapi belum begitu membuka diri dengan suasana baru. Saya masih 'asyik' dengan dunia saya sendiri. Akhirnya, saya akrab dengan Indi, Astri, dan beberapa teman yang lain. Termasuk dua laki-laki yang duduk di belakang saya, yang dari Jakarta sampai Malang ngobrol dengan Bahasa Sunda.
Yang lucu, Pak Supir menurunkan kami di daerah Tegal untuk makan siang di sebuah rumah makan yang plangnya ada dimana-mana (baca: sepanjang jalan). Setelah menjamak shalat, kami mengantri makan, dan sempat celingak-celinguk mencari porsi untuk sendiri. tetapi, lauk yang tersedia adalah porsi besar dengan harga 'sepadan'. Selepas makan siang, kasus ini menjadi bahan becandaan di bus, 'orang naik gunung kok makannya di Pringsewu?' hahahaha.
Yang lucu, Pak Supir menurunkan kami di daerah Tegal untuk makan siang di sebuah rumah makan yang plangnya ada dimana-mana (baca: sepanjang jalan). Setelah menjamak shalat, kami mengantri makan, dan sempat celingak-celinguk mencari porsi untuk sendiri. tetapi, lauk yang tersedia adalah porsi besar dengan harga 'sepadan'. Selepas makan siang, kasus ini menjadi bahan becandaan di bus, 'orang naik gunung kok makannya di Pringsewu?' hahahaha.
Saya, Indi, dan Astri |
Selain itu, Kribo-teman saya di Unsoed yang sekaligus ketua angkatan FIM Rescue, menanyakan keberadaan saya dan susunan acara pendakian. Tumben, kok Kribo tanya-tanya susunan acara. Padahal, yang saya tahu Kribo ga bakalan ikut acara itu.
Perasaan 'sendiri' cukup bisa digantikan oleh teman-teman baru yang saya kenal. Syukurlah, :D Maklum, saya agak introvert, tetapi dalam hal-hal tertentu bisa sangat ekstrovert, hehehe.
Bus kami terus melaju menyusuri Pulau Jawa, menuju ujung timur (Malang). Dini hari (Kamis 15 Nov) kami sampai di Sidoarjo, shalat dan makan kedua setelah makan siang (Rabu 14 Nov). Kami sampai di Malang sekitar jam 9 pagi, dan Pak Supir yang sempat kebingungan mencari arah menuju Desa Tumpang, membuat kami kesal. Rombongan kami memang sangat bersemangat untuk mulai mendaki di hari itu juga.
Akhirnya, sekitar jam setengah 12 siang, kami sampai di Desa Tumpang. Setelah kurang lebih 29 jam perjalanan, hmm...super sekali. The longest trip i've ever done. Setelah merapikan barang masing-masing, membeli perlengkapan yang kurang di Indomaret Pasar Tumpang, plus makan siang, kami berkumpul di Balai Desa Tumpang untuk briefing, sekaligus mengantri jeep menuju Ranu Pane.
Ups, ketika saya mengantri di kasir saat di Indomaret, ada seseorang yang menginjak beberapa kali sepatu saya. Siapa sih? saya penasaran, kok iseng banget. Dan ternyata Kriboo!! Kebayangkan, saya yang sempat kecewa karena nggak bareng teman se-geng, terus ketemu temen lagi, jelas..seneng banget!! :D sayangnya, Kribo mendaki Semeru secara independen, bukan jambore yang saya ikuti. Dan, siapa sangka, saya berpapasan dengan Kribo di Ranu Kumbolo esok harinya (Jumat 16 Nov).
Foto bareng dengan wajah yang tidak lagi 'fresh' , di Balai Desa Tumpang. |
Akhirnya, sekitar jam 15.00 kami menaiki Jeep kami. Setiap orang membayar sekitar 35.000 untuk menuju Ranu Pane. Setiap jeep berisi sekitar 15 orang, baiklah..cukup crowded memang, tapi seru! Di tengah jalan, Pak Supir yang baik itu berhenti sejenak, dn menyilahkan kami untuk berfoto dengan latar Gunung Bromo. Siapa sangka, kami bertemu Medina Kamil disana.
Medina Kamil, udah nggak sabar pengen cepet-cepet cabut sepertinya..:D |
Chepi, tertangkap kamera, excited banget ketemu sama Medina Kamil. Apa Medina Kamil yg excited ketemu Chepi? Haha. |
Salah satu foto favorit saya. Filosofinya, hidup tidak harus selalu melihat ke belakang. Move on! |
Sabar Menunggu Giliran |
Sore hari menjelang maghrib, kami sampai di Ranu Pane. Kata Ranu baru saya tahu bermakna Danau, dan memang ada danau disana. Di Ranu Pane, tekstur tanahnya berpasir, dan yang menarik perhatian saya adalah sebuah pemakaman Hindu yang ada di sebuah bukit. Kemudian, pendakian pun dimulai, karena kami sudah tidak sabar untuk mendaki. Padahal, panitia menyarankan untuk bermalam di Ranu Pane.
narasi + foto2nya cakep :) anw, yakin nih gara2 pendakian ini bikin Asri kapok? [lanjutan obrolan via twitter]
BalasHapusNggak lah ka, pas balik ke Jakarta malah kepikiran pengen naik lagi, *nyesel ga muncak.
BalasHapusEhm... jadi kapan rencana pengen menjajal track Sulawesi?
BalasHapusNanti ah, awal 2014..setelah lulus kuliah..
HapusAmin.
Atau temen serumah saya yg orang makassar sama Bulukumba nikah.
Niatnya mo ke kondangan apa mo ke gunung --"
BalasHapusSekalian...^^
BalasHapuswo ini yang ikut pendakian avte*h kemarin to?
BalasHapuswah wah wah.. kita ternyata mendaki bareng Mbak. :)
pendakian kemarin saya juga di semeru, cuman gak gabung sama avte*h...
Wah, dunia ternyata ga luas-luas amat ya, hehe..:)
HapusSalam kenal, salam rimba imut,
Kemarin muncak?
Alhamdulillah iya, sampe puncak.. 3 orang, 2 cowok 1 cewek.... :D palingan kemarin kita juga berpapasan.... tapi ya gak ngeh... gara-gara kalian semeru jadi crowded.. :( hmmm. sumpah itu pendakian yang paling ramai sepanjang karirku :D
HapusWow..keren..keren..:D
HapusYah, kita sama2 kontribusi jadi crowdednya semeru, haha. Maklum, saya belum tau apa2 kemarin itu, jadi main ikutan aja..
wkwkwkwkwk.. aku kan cuman bertiga, kalian ber-ribuan :P #just kid ani.
HapusEh kapan-kapan ditunggu tulisannya di www.gunungsemeru.com :)
http://www.gunungsemeru.com/p/join-us.html
Hihihi, okesip..:D
Hapus