Aku [bukan] PHP
*Pemberi Harapan Palsu
Tidak salah jika orangtuaku berharap, pada anak perempuan
pertama mereka.
Setidaknya,
[sepengamatanku] mereka berharap aku menjadi anak shalehah dan bermanfaat bagi sekitar.
Ketika lebaran Iedul Fitri, tanpa mereka berbicara pun, aku bisa membaca
tatapan penuh harap dari saudara-saudaraku. Mungkin karena aku anak pertama
yang sampai sekarang bisa sekolah tinggi-tinggi.
Sudah dewasa, harap itu selalu disematkan orang padaku
[mungkin]
Bukan ingin mengabsen amanah yang kuemban,
Tapi, bolehkah aku sedikit menuliskan apa yang aku rasa
ketika aku merasa lelah?
Rehat sejenak, untuk kemudian berjalan lagi..
Lelah itu aku rasa, ketika [tak sengaja] terlambat masuk
kelas, dan dosenku menegurku dengan cara yang aku tak suka. Power distance dan
posisi-nya yang begitu mendominasi kelas, benar-benar membuatku tidak nyaman. Kebanyakan
dosen lebih egaliter disini, dan memperlakukan kami sebagai teman, teman diskusi,
teman bertukar pikiran. Walaupun dengan hubungan egaliter itu, tidak mengurangi
rasa hormatku pada mereka. Tidak sedikitpun.
***
Aku pernah mengikuti sebuah lomba, dan menceritakannya pada
Ibu [hal yang kini aku sesali]
Ibu terlihat begitu berharap anaknya akan memenangkan lomba
itu, padahal aku tahu, aku belum memberikan my 100% untuk lomba itu.
Untuk lomba-lomba setelahnya, aku tak pernah cerita lagi pada Ibu. Biarlah, Ibu
hanya tau hasilnya saja.
Kemarin aku menelpon Ibu, berbicara [ingin] pulang ke rumah.
Ibu terdengar bahagia, adik-ku satu-satunya pun begitu. Ah, harap itu selalu
ada. Ibu berharap anaknya pulang, dan bisa melepas kerinduan. Dan sekarang, aku
[sepertinya] akan membatalkan kepulanganku.
Beralih ke teman-temanku,
Aku dipercaya [entah tumbal] menempati posisi ketua pada
sebuah Komunitas Anti Korupsi di lingkungan kampusku. Beberapa bulan terakhir,
aku sempat mengundurkan diri dari posisi ini. Mengingat kesibukan teman-teman yang
mengurangi loyalitas mereka terhadap komunitas ini, membuatku merasa tidak
punya power untuk menjalankan amanah yang diemban. Dan, entah bagaimana surat
pengunduran diri itu tidak sampai di tangan orang yang dituju, dan sampai
sekarang aku masih menjabat sebagai ketua. Ternyata minggu kemarin, aku
dipertemukan dengan orang-orang yang concern dengan hal yang sama. Aku mendapat
semangat baru, dan kekuatan baru.
Teman-teman, mungkin kamu bisa berharap padaku tentang hal ini.[doakan saja]
Seseorang bertanya, kenapa aku bisa mengikuti kegiatan
Youth Camp yang diadakan oleh KPK itu?
Aku jawab, karena di kampus aku concern dengan hal itu.
“Semoga istiqomah ya..” "Amin", jawabku. Semoga, semoga ketika aku
sudah terjun di dunia nyata yang tidak ideal lagi, aku bisa mempertahankan
integritasku. Itu saja.
Ngomong-ngomong soal PHP (Pemberi Harapan Palsu), 3 minggu
terakhir aku disibukkan dengan proses seleksi calon peserta FIM 13. Sepertinya
aku sudah memberikan harapan palsu bagi teman-teman yang menunggu data selesai
dan rapat bisa berlangsung sesuai waktu yang ditentukan. Malam Sabtu-Minggu
Pagi, data baru selesai, itu pun masih ada yang bolong-bolong. Parah memang.
Sebenarnya, ada banyak evaluasi yang ingin aku sampaikan, mungkin nanti
menunggu waktu dan situasi yang pas, ketika Pembubaran Panitia kali yaa.
“Iyeeeee....!!!” #teriakgajelas. Pengen teriak aja, karena seenggaknya, sebagian besar tugasku dalam hal ini sudah selesai.
Mungkin, sepanjang hidup, harap itu selalu ada. Baik harapku terhadap orang-orang disekitarku atau sebaliknya. Semoga, harap itu tidak berlebihan dan sesuai dengan orang yang menanggungnya. Amin.
0 comments:
Posting Komentar
Senang jika anda mau meninggalkan jejak di postingan ini..:)