Selasa, 07 Agustus 2012

Multitasking MOM


Dibelakang Laki-Laki Sukses itu, ada perempuan hebat di belakangnya, (Ibu dan Istri yang mendukungnya)

Jika si Suami sedang ada dalam keterpurukan ekonomi, Istrinyalah yang mendapat tantangan besar, bagaimana dapur agar bisa tetap mengepul.


Percakapan antara aku dan Ibu secara tak sengaja dimulai ketika aku akan mencuci beberapa piring kotor di dapur. Sebagai anak sulung yang baik hati dan tidak sombong, aku rajin membantu Ibu lho...#huek. Aku melihat beberapa bagian lantai yang sudah terkelupas, dan meminta atau tepatnya protes pada Ibu agar lantai yang terkelupas tersebut segera diperbaiki.

Ibu mengiyakan, “tinggal beli semennya saja, kalau tukangnya tenang aja, sudah ada...” kelakar Ibu sambil tersenyum. Aku baru menangkap maksud Ibu, aku jadi teringat bahwa Ibuku juga pernah menambal lantai yang terkelupas beberapa waktu yang lalu. So, bisa dibilang Ibu ini memang sudah lihai memperbaiki ini-itu, termasuk menembok walaupun bukan profesional. Hehehe.

“Iya ya Mah, tenang aja...udah ada tukangnya, gratis lagi..” ujarku.

“Iya nih, jadi perempuan itu emang kudu hebat, udah bisa nembok (memperbaiki kerusakan kecil di beberapa bagian lantai rumah), juga kudu pinter, kudu sabar ngedidik anak, kudu bisa masak..” kelakar Ibu lagi.

Dalam hati, capek juga ya jadi seorang Ibu. “Makannya nggak salah-salah amat kalo ada pribahasa entah pepatah “surga itu di telapak kaki Ibu..” Lha, memang tugasnya Ibu itu memang banyak dan berat, -persepsiku saat ini melihat sosok seorang Ibu. Makannya, di hadits juga disebutkan bahwa Ibu adalah sosok yang harus dihormati, Rasul menyebutkannya sebanyak 3x, kemudian baru sosok Ayah.

Bukan berarti dalam tulisanku ini menafikkan sosok seorang Ayah, thats mean laki-laki. Laki-laki/sosok Ayah jelas mempunyai kontribusi besar dalam keluarga. Tapi, kalau diamati, perempuan itu memang mempunyai kelebihan menjalankan banyak tugas (multitasking), lebih survive menghadapi tekanan/stress dibandingkan dengan laki-laki (based on research lho..). Juga perempuan itu lebih mudah memaafkan jika dikhianati pasangan (based on research juga, yang saya baca disebuah majalah). But actually, antara perempuan dan laki-laki itu memang saling melengkapi.

Selepas SMA saya berusaha untuk pergi keluar dari kota kelahiran saya. Hasilnya, saya pernah tinggal di Bandung, sempat tinggal 2 minggu di Kediri, dan berkuliah di Jakarta. Dari beberapa tempat tersebut, membuat saya sadar bahwa seenak apapun tinggal di perantauan, seberapapun mandirinya saya, saya tetap merindukan Ibu, entah lah, di dekat Ibu itu rasanya nyaman, walaupun faktanya sering adu mulut. hehehe..^^

Ada banyak cara menghargai kasih sayang seorang Ibu. Mulai dari tidak meninggikan suara saat berbicara dengan beliau, tidak mengatakan 'ah' ketika disuruh (ini nih sebenernya yang paling berat...huhu), menghargai masakannya, bertanya kabar jika sedang diluar kota, (kalau saya sih biasanya bertanya kabar kalau kantong sudah mulai menipis, hehe..#modus), dan banyak hal-hal positif lain yang sebenarnya berefek positif pada kita sendiri.

Dedicated to my MOM, the best mother in the World. Because, her love, her care, since i’m in her womb until know. Love u MOM.. ^^

6 komentar:

  1. Ternyata... Asri.... #BerfikirSambilGaruk2Kepala

    BalasHapus
  2. Anw, apa ini berarti Asri sudah "hunting2" sosok ideal nih? #eaaaaahh

    BalasHapus
  3. eaaaahhhh..emangnya kesa/makna yg muncul dari setelah baca tulisan ini apa ka,#garuk2kepalajuga.

    Saya sih nulis ini, setelah ngeliat relasi Mamah sama Bapak Saya..:D

    BalasHapus
  4. Hunting sosok ideal? Tentu,
    say jdi ingat perkataan Bunda Tatty Elmir sam Bunda Nelly Risman, kalau ketahanan bangsa itu berwal dri ketahanan keluarga, dan ketahanan keluarga itu dimulai dari bagaimana kita memilih partner hidup..:D

    BalasHapus
  5. Ini ka, ada link blognya Bunda Tatty (Pembinanya FIM). Inspiring menurut saya..
    http://tattyelmir.wordpress.com/

    BalasHapus

Senang jika anda mau meninggalkan jejak di postingan ini..:)

Copyright © 2014 Jurnal Asri