Rabu, 08 Agustus 2012

Last Night >> What Have You Did Last Night?



Bagi saya, film yang berkualitas adalah film yang berhasil menyampaikan pesan-pesan yang secara halus, bahkan kita yang menonton tidak menyadari sedang ‘dicekoki’ pesan-pesan, karena begitu menikmati suguhan audio-visual yang disajikan. Ada beberapa film yang ternyata berhasil membuat saya terpukau, setelah You Are The Apple of My Eye, kali ini adalah LAST NIGHT.

Last Night, sebuah film yang diproduksi pada tahun 2008, dan dirilis September 2010. Film yang disutradai oleh Massy Tadjedin ini, menceritakan bagaimana kehidupan pasangan suami Joanna (Keira Knightley) dan Michael Reed (Sam Washington). Usia pernikahan mereka sudah 3 tahun, dan hubungan mereka dimulai sejak mereka bertemu di Universitas. Suatu malam mereka menghadiri sebuah pesta, dan sepanjang pesta, Joanna melihat bagaimana suaminya begitu dekat dengan Laura (Eva Mendes) rekan kerjanya. Sepulang dari pesta, konflik pun muncul. Intuisi Joanna bekerja begitu cepat, dan menyimpulkan bahwa suaminya telah berselingkuh dengan Laura.

Konflik pun muncul dengan adu mulut antara Joanna dan Michael, tetapi Michael akhirnya berhasil meyakinkan istrinya bahwa tidak ada apa-apa diantara dia dengan Laura, dan faktanya memang tidak ada apa-apa. Sebelum Michael pergi untuk perjalanan bisnis selama 2 hari ke Philadelpia, mereka menghabiskan waktu bersama dengan makan bersama pada saat dini hari.  Ketika mengepack barang-barang yang akan dibawa suaminya, Joanna menyelipkan sebuah tulisan di secarik kertas sebagai ungkapan permintaan maaf atas sikapnya yang berlebihan. Dan ternyata, suaminya baru membaca tulisan tersebut setelah melewati malam bersama rekan kerjanya, Laura yang memang terlihat attractive itu.

Malam yang sama, ternyata Joanna pergi bersama laki-laki di masa lalunya, setelah bertemu secara tak sengaja dengan Alex (Guillaume Canet) di sebuah cafe. Walaupun tak bertemu beberapa tahun, Alex masih bisa menarik perhatian Joanna.

Film >> Usaha Normalisasi Sesuatu

Film selalu berusaha merasionalisasikan sesuatu, selain juga menormalisasikan sesuatu. Maksudnya? Film ini sepertinya berusaha menciptakan kesan bahwa selingkuh itu adalah sesuatu yang normal, tentunya dengan berbagai kondisi yang diciptakan. Tetapi disisi lain, menampilkan bahwa kepercayaan yang diberikan memang harus selalu dijaga.

Ngomong-ngomong, ada tiga macam audiens saat menghadapi paparan pesan dari media (include film) : Dominated audiens, negotiated audiens, dan oppositional audiens. Jika kita memposisikan diri sebagai dominated audiens, dimana kita menceburkan diri, membiarkan diri kita larut dengan pesan-pesan yang disampaikan, kita akan terlibat secara emosional dan pesan-pesan dari film tersebut akan mendominasi pikiran kita.

Nah kalau negotiated audiens ini, misalnya kita menerima/menyetujui dengan pesan-pesan yang disampaikan, sedangkan oppositional audiens ini tidak menerima/menyetujui dengan pesan-pesan yang disampaikan secara keseluruhan.

Misalnya, ketika menonton film ini kita menempatkan diri sebagai dominated audiens, maka kita akan memahami kenapa tokoh Joanna begitu cemburu melihat kedekatan suaminya dengan rekan kerjanya-selain kita terlibatt secara emosional, kita akan memahami bagaimana intuisi seorang istri. Sekaligus akan memahami, bagaimana Joanna tertarik dengan Alex, lelaki di masa lalunya. Juga akan memahami bagaimana penyesalan Michael, setelah mengabaikan kepercayaan istrinya. Finally, mungkin pesan yang didapat adalah : ‘Dont try cheating if we dont wanna hurt ours mate.

2 komentar:

  1. Kalo saya sendiri kadang merasa sebagai bagian dari film maker saat nonton film.. merasa kayak saya yang menggerakkan camera, menzoom camera dan mengedit efek-efek visualnya :D, ini istilahnya apaan yah??

    BalasHapus
  2. hayo, istilahnya apaan yak?
    Itu perspektif film maker aja deh ka...#ngarang.

    BalasHapus

Senang jika anda mau meninggalkan jejak di postingan ini..:)

Copyright © 2014 Jurnal Asri