KOMUNIKASI?
Sebenarnya awal mula dari postingan ini adalah kebingungan saya ketika ditanya oleh nenek dari Ibu saya yang bertanya : "Neng, ngambil jurusan apa kuliah teh?" Saya jawab "Komunikasi Nek.."
Kemudian si Nenek bertanya lagi, "kalau komunikasi itu nantinya jadi apa?" Sejenak saya sempat terdiam, karena bingung menata jawaban yang simple bagi Nenek, dan mudah dimengerti. Saya lupa jawaban waktu itu apa, tapi mungkin cukup menjawab rasa penasaran Nenek saya itu.
Ternyata, bukan hanya Nenek saya saja yang bertanya demikian, tetangga-tetangga yang saya temui juga sering bertanya seperti itu. Maklum, jurusan komunikasi mungkin tidak se-populer jurusan keguruan yang dikenal baik oleh masyarakat di kampung saya.
Sebenarnya Komunikasi itu belajarnya ngapain aja sih?
Bukannya sehari-hari kita melakukan komunikasi ya?
Terus ngapain sampe ada jurusannya segala?
Nah, itu beberapa pertanyaan yang sempat melintas di pikiran saya sebelum memutuskan akan mengambil jurusan apa di tahun 2010. Entah kenapa, dalam hati ada keyakinan untuk mengambil jurusan tersebut, walaupun masih ada beberapa kebingungan dalam hati. Saat itu saya hanya bisa memilih satu jurusan mengingat lamaran yang saya ajukan adalah Paramadina Fellowship 2010. Jika saya tidak lulus di jurusan Komunikasi, berarti saya memang tidak berhak menerima program Fellowship tersebut.
70% dari hidup kita adalah komunikasi, justru penting untuk mempelajarinya.
Seiring berjalannya waktu, makin lama saya mulai mengenal Komunikasi dan bagaimana arah kedepannya.
Oke, mungkin ini bisa menjawab bagi teman-teman yang mungkin masih bingung dengan 'komunikasi itu belajar apa sih?' Saya mulai dari berbagai peminatan yang ada di Program Studi Komunikasi. Di kampus lain, biasanya jurusan ini berada dibawah naungan Fakultas Ilmu Komunikasi/FIKOM, tetapi ini tidak mutlak, karena di kampus saya sendiri ini berada di bawah naungan Fakultas 'Falsafah dan Peradaban' (unik kan nama fakultasnya? hehe..)
1. Public Relation
Istilah Public Relation (Hubungan Masyarakat) barangkali sudah tidak asing lagi di telinga kita. Ya, benar. PR adalah orang/tim yang ada di sebuah perusahaan/instansi dimana posisinya berada pada front instansi/perusahaan tersebut. Mereka mengetahui semua hal yang berkaitan dengan intern instansi, sekaligus menyampaikannya pada masyarakat/publik yang ada di luar. Mereka memantau isu-isu yang berkembang di masyarakat yang berkaitan dengan instansi/perusahaan itu, kemudian mengelola isu tersebut. PR bisa saja membantu melakukan promosi produk, melakukan press conference jika ada isu negatif, serta memperbaiki/menaikkan citra sebuah instansi/individu. Dan semua ini, berlandaskan kejujuran, bukan untuk membohongi publik.
2. Advertising
Industri Media adalah industri kemasan, maksud saya semua produk/jasa yang dijual perlu dilakukan promosi dan pembuatan brand (membuat kemasannya) demi tercapainya tujuan ekonomi yaitu menghasilkan keuntungan sebesar-besarnya. Brand inilah yang melekat di masyarakat sebagai Top of mind, dan untuk membuatnya melekat di masyarakat diperlukan iklan (Advert).
Misalnya, ketika orang mengingat Air Mineral yang teringat adalah 'Aqua', detergen 'Rinso', produk kosmetik alami itu 'Body Shop', Yang selalu mendengarkan dan memahami itu Prudential, dsb.
3. Brand Management
Pembentukkan sebuah brand yang melekat di masyarakat itu tentu membutuhkan waktu yang tidak singkat. Dengan informasi yang terus dipaparkan terhadap masyarakat melalui media-media (TV, radio, internet, media cetak), tentu perlu managemen untuk mengaturnya.
Jika kita mempunyai sebuah produk, dan ingin menciptakan sebuah brand yang nantinya melekat di masyarakat, mungkin akan lebih mudah jika berkonsultasi dengan orang-orang lulusan brand management.
Saya jadi teringat pada pendiri Sakti Makki, yaitu perusahaan besar brand management, yang mengetes kami semua pada saat itu dengan sebuah pertanyaan :
Apa brandnya Facebook? cukup lama, tak ada satupun jawaban dari kami yang benar-benar tepat.
Dan jawabannya adalah : Narsisme.
4. Broadcasting
Nah, ini yang paling banyak diketahui orang dari komunikasi. Komunikasi, memang dekat dengan dunia media (TV, Radio, Internet, Majalah, koran, tabloid, dsb). Jelas. Kebanyakan dari kampus-kampus yang mengadakan Program Studi Komunikasi menyediakan peminatan ini. Kemampuan yang diajarkan adalah bagaimana teknik kamera, produksi film, produksi program, sampai keahlian menjadi orang di depan kamera. (Newsanchor, Reporter), dsb.
Yang unik dari peminatan Broadcasting di kampus saya adalah, dikhususkan pada produksi film dokumenter. Jujur, saya bahagia sekaligus bangga dengan kekhususan tersebut. Kenapa? Karena, biasanya film dokumenter lebih menyampaikan pesan (pesan pendidikan, pesan moril, dan pesan-pesan positif lainnya) dibandingkan dengan program komersil. Namanya juga program komersil, tujuan utama yang dicari adalag keuntungan ekonomi, masalah baik tidaknya program tersebut, kembali lagi pada tujuan utama. Yang jelas, film doumenter, memberi gambaran pada kita tentang sebuah fakta yang terjadi.
Sewatu SMA, saya pernah melihat salah satu nominasi Film Dokumenter (Eagle Awards) di TV, (kalau tidak salah), dimana film ini menceritakan bagaimana kehidupan masyaraat yang tinggal di daerah perbatasan Indonesia-Malaysia. Hidupnya dilematis, diiming-imingi kemudahan dari negara tetangga, dan diabaikan oleh negara sendiri.
5. Kajian Media
Nah, ini concern yang saya ambil. Saat memilih ini, saya belum tau pasti alasannya kenapa. Yang ada di benak saya adalah, perlu ada orang-orang yang memantau jalannya media, atau praktisi-praktisi media yang waras.
Ketika era Soeharto, dimana rezim otoriter berlangsung, media memang berusaha untuk menyampaikan kebenaran, tetapi ketika sudah reformasi, dan memasuki era demokrasi, media-media bukannya terbebas dari masalah. Kini, disaat sudah tidak ada lagi pemerintahan otoriter yang menekan media, kepentingan ekonomi dan politiklah yang menjadi penekan.
Idealnya, media itu independen, memihak pada rakyat, menjadi watchdog (anjing penjaga) jalannya demokrasi, bahkan disebut-sebut sebagai pilar keempat demokrasi setelah eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
Namun, sejauh ini pendapat saya mengatakan bahwa media tidaklah benar-benar independen dan mengedepankan kepentingan rakyat.
Regulasi media yang dibuat pun masih banyak yang dilanggar. Dan solusi yang paling mungkin adalah dengan membuat media sendiri. Seperti Radio Komunitas, TV Lokal, TV Komunitas, Blog Komunitas, dll.
Perang Wacana
Dulu, saya menganggap bahwa novel, film, atau karya seni lain tidaklah bermakna lebih selain sebuah karya berfungsi sebagai hiburan. Tetapi, setelah semester kemarin mengikuti kuliah 'Media, Budaya, dan Masyarakat' saya dikagetkan oleh hal-hal yang dulu saya anggap biasa.
Film/Novel ternyata berfungsi sebagai alat yang mempengaruhi kesadaran masyarakat.
Saat Amerika kalah perang oleh Filippina, pada saat itu muncul film Rambo. Rambo adalah seorang tentara Amerika, yang dikisahkan dalam film tersebut bisa mengalahkan banyak tentara walaupun hanya sendirian. Film ini sebenarnya sebagai bentuk penolakan kekalahan Amerika, dan ternyata bisa membentuk, mempengaruhi, pikiran masyarakat tentang tentara Amerika.
Seringkali media-media dalam pemberitaannya juga memperlihatkan kekuatan militer Negeri Paman SAM itu, dibandingkan menampilkan tentara korban perang.
Justru pengaruh itu masuk ke alam bawah sadar, saat kita menikmati hiburan tersebut.
Novel/Film juga banyak mempengaruhi untuk menormalisasikan sesuatu. Akhir-akhir ini, baik film Indonesia maupun film luar banyak mengangkat tentang LGBT (Lesbian, Gay, Bisexsual, dan Transgender). Terlepas dari pendapat pribadi saya tentang LGBT ini, film-film ini berusaha untuk mempengaruhi masyarakat supaya mengetahui dan lebih memahami kehidupan LGBT, dan kemudian menganggap mereka normal.
Jadi Komunikasi itu ngapain aja?
Tuing tuing...jika harus menjawabnya dalam beberapa kalimat, saya juga masih bingung.
Ya Begitulah..:)
Saya mempelajari sedikit (secara otodidak) komunikasi terkait dengan minat saya di bidang desain grafis yang kini lebih dikenal sebagai Desain Komunikasi Visual pada dunia akademisi. Dan jujur buat saya seru banget.. selain berfikir "bagaimana" dan "apa" yang akan disampaikan.. juga memikirkan bagaimana orang lain akan menerima dan merespon-nya. Correct Me If I'am Wrong :)
BalasHapusJadi inget temenku yang jurusan DKV juga, semester kemaren belajar Integrated Marketing Communication, seru juga katanya..:)
BalasHapus