Sabtu, 20 Juli 2013

5 Hal Unik Efek 3 Minggu di Delanggu

Selama di Delanggu, gue bareng sama teman teman dari program lain. Jadi, di kecamatan Delanggu, ada 3 program, yaitu: Tungku Sekam, PHT (Pengendalian Hama Terpadu), dan Identifikasi Geografis padi Rojolele. Seerti yang udah diceritain sebelumnya, kita tinggal di Delanggu ga barengan sama induk semang seperti kelompok lain, tapi menempati rumah kosong yang tidak ditempati selama 4 tahun. Serem? Awalnya sih Iya, tapi lama lama enggak tuh, malah kita sedih banget pas harus cabut dari sana.



Yes Delanggu We Are! Siro, Angga, Anggun, Saya, Fina, Hasan.
Background gunung Merapi
Selama 3 minggu, kita khususnya gue dapat banyak pelajaran berharga, terutama yang berkaitan dengan pertanian. Tapi, pengalaman itu gue share bukan dalam tulisan ini, tapi disini. Gue mau cerita, efek apa yang gue alamin selama 3 minggu di Delanggu dan interaksi sama temen2 yang kece badai itu.

Gue Ngefans sama Batalyon Merah! 
Jadi, kebetulan Angga ini anak TMB, dan dia sering banget (lumayan sering) muterin video Batalyon Merah. Batalyon Merah itu apa? Jadi, usut punya usut Batalyon Merah adalah tim supporter saat tim Fateta (Fakultas Teknologi Pertanian) bertanding di event2 kampus. Awalnya biasa aja, tapi lama lama suka sama video yang diputerin temen gue itu. Efeknya setelah gue nonton video ini, gue mendadak bersemangat, badan jadi pengen gerak2, teriak-teriak, sambil ketawa ngakak.

Berfoto dengan aksesoris Batalyon Merah. :) 
Ini dia video BaMer yang bikin gue kagum, supporter yang sangat solid! Insightnya buat gue adalah, kekompakkan angkatan. Gimana caranya biar seangkatan jadi kompak? Nah, mungkin kalian punya jawaban masing-masing. (Kalo mau tau lebih dalam tentang KOMPAK silakan follow @KOMPAK_Parmad, ini malah promote komunitas sendiri, hehe.. )


Yang lucu adalah, saat rombongan Klaten menunggu bus untuk kepulangan ke Bogor, anak-anak TMB menyanyikan mars kebangsaannya ini. Gila ya, jauh dari kampus aja se-militan itu, gimana kalau dalam kampus coba?

Ketagihan Shalat Jamaah!
Perhatian, ini bukan pencitraan. Seriusan. Selama di Delanggu, gue dkk dapat training dari ustadz Hasan untuk shalat jamaah 5 waktu. Awalnya, berat. Karena tiap sebelum jam 4.30 am, ada alarm yang bunyinya manggil-manggil nama lo. Alarmnya nggak bakalan berhenti same lo beneran bangun dan ngambil wudhu. Nah, rasanya pengen lempar mercon ga tuh? Hehe, tapi, setelah dari klinik tongfang di Delanggu gue jadi ketagihan shalat jamaah. Rasanya gimana, gitu kalau nggak jamaah itu. Makannya, pas nyame di Jakarta dan shalat sendiri gue sedih, soalnya gue takut nggak bisa istiqamah dalam hal-hal positif.

Insight yang gue tangkep, dari shalat jamaah itu kita jadi tim yang kompak! Kalau pergi kemana-mana pasti full team, mulai dari jalan ke sawah buat ngobrol-ngobrol sama Bapak/Ibu Tani, turun sawah buat panen sama daut, demo tungku sekam, finding Rojolele, masak, bersih-bersih, jalan-jalan, bahkan kompak juga magernya..:|

Sampe bajupun kompakan.. :)
Foto diambil saat hari terakhir, sebelum keulangan ke Bogor dan Jakarta.
Yeay..gue bisa masak ternyata!
Jadi, Bu Payem yang menfasilitasi hidup kami selama di rumah Bu Miti, menawarkan jasanya membuatkan konsumsi kami. Setelah rapat-rapat dan lobi-lobi politik, kami memutuskan untuk masak sendiri. Untungnya ada Master Chef Siro yang pinter banget masaknya. Di awal-awal karena masih mager dan sok sibuk dengan kerjaan magang yang gue bawa ke Klaten, gue jarang bantu-bantu masak, tapi di akhir-akhir, gue turun ke dapur juga.. hehe,

Masak Kolak untuk berbuka, dengan backsound music Dangdut :'

Pake Kendaraan Dinas!
Jangan bayangkan karena tugas program yang kita emban kemudian kita difasilitasi kendaraan dinas layaknya pejabat negara. Ini karena kemurah-hatian, dan kebaikan Pak Tomo (kades Butuhan) yang meminjamkan kami 1 motor dinas. 

Motor plat hitam, plat merah dikendarai teman yang mengambil foto kami (Saya dan Fina)
Pasrah dibawa Ngebut dan Motor Mogok!
Pada suatu hari at the end of our time in Delanggu, saat menjelang Ramadhan, kami menghilangkan rasa penasaran kami akan tempat wisata tersohor di Klaten, yaitu Mata Air Cokro. Karena kami tim Delanggu dan kawan2 Jatinom serta Tulung, yang jumlah personelnya banyak sedangkan kendaraan yang tersedia cuma 3 buah motor. Akhirnya, beberapa kawan dengan sukarela bolak-balik Delanggu-Klaten untuk mobilisasi full team. 

Singkat cerita, gue akan dibonceng Rizki - temen gue yang bertugas di Tulung. Motor yang dia bawa adalah motor Astrea sepuh. Sebelum rombongan berangkat, tuh Astrea yang sudah sepuh mogok minta perhatian. Akhirnya, Taufik, Zakir, Angga, dan Rizki turun tangan mengecek kerusakan apa yang terjadi di motor itu. Ternyata, usut unya usut businya yang rusak. Hmm, ga khawatir deh kalo motor mogok, kan mereka familier banget dengan hal-hal berbau mesin... :)

Taufik (TMB). Lokasi Mogok: Depan Rumah 
Setelah Astrea Sepuh sembuh, rombongan berangkat. Rizki mengendarai motor dengan (kalau boleh gue bilang) songong banget. Udah ngendarain dengan kecepatan tinggi, Rizki nyalain klakson dengan rusuhnya saat kami mendahului motor yang dikendarai teman kami. Dalam ati, aduh mimpi apa gue semalem, dapat nasib dibonceng orang rusuh kayak gini. Kalau itu motor keluaran anyar sih ga masalah, ini motornya udah sepuh Paakkkk! :| Dan firasat buruk saya terbukti, saat kami sampai di perempatan pasar Delanggu, Astrea Sepuh pun mogok lagi. Ckckck..

Nyampe ga nyampe, Pasrah :D
Motor Astrea sepuh pun akhirnya harus dibawa ke bengkel, dan akhirnya 2 orang dari kami menaiki ojek menuju Cokro. Sampai sore kami disana, bermain-main air (bukan berenang lebih tepatnya). At that time anyway, i'm very happy! :)











0 comments:

Posting Komentar

Senang jika anda mau meninggalkan jejak di postingan ini..:)

Copyright © 2014 Jurnal Asri