Minggu, 07 April 2013

Aku dan Perjalanan Kompak dari Awal hingga Sekarang

Hey, we are Kompak..:D
Sudah lama rasanya saya tidak posting lagi tulisan di blog, aneh-rasanya hampa, dan waktu terasa berjalan begitu cepat. Beberapa minggu terakhir memang waktu terasa begitu cepat berjalan, tanpa memberi kesempatan bagi saya untuk berefleksi, dan sedikit merenung. Memang beberapa hari kebelakang saya ngapain? Mungkin teman-teman bertanya. Hmm, bulan ini tanpa diduga ternyata bayak acara dan program yang dilaksanakan oleh KOMPAK.


KOMPAK adalah komunitas yang saya pimpin, sebuah komunitas pemuda yang dibentuk atas dasar kekhawatiran terhadap masalah korupsi. Berdiri Mei 2011, dan baru muncul tengah tahun 2012. 
  1. Diskusi "Korupsi di Sektor Pertambangan" (Tengah 2012)
  2. Anty Corruption Youth Camp (November 2012)
  3. Deklarasi Ujian Bersih (Oktober 2012)
  4. Young Voters Education : "Pemuda, Politik, dan Pemilu menuju Indonesia 2014." Suaramu Nasib Bangsamu. (4 April 2013)
Mei 2011, saya terpilih sebagai ketua. Muncul rasa khawatir, karena saya sadar bahwa saya kurang berpengaruh diantara teman-teman. (tapi become influence later..:)) Tapi, kabar baiknya adalah saya punya komitmen dan bertanggungjawab. Awalnya, Kompak terlihat seperti komunitas yang mati segan hidup tak mau. Saya sebagai ketua merasa aneh, janggal, dan bingung, kompak ini hendak mau dibawa kemana? Lalu muncul konflik internal tentang masalah pen-definisian siapakah founder dan siapa volunteer. Salah satu teman saya yang mengaku dirinya founder, dan selalu mendeklarasikan dirinya sebagai founder, Perkataannya membuat beberapa teman yang lain yang awalnya masuk sebagai volunteer malah menjadi malas untuk terlibat. Dan setelah diamati, masalah ini cukup krusial. dan masih selalu diungkit, sampai beberapa hari sebelum saya posting tulisan ini. Di meeting terakhir, saya meluruskan apa dan siapa itu founder. Founder menurut saya adalah orang yang berdarah-darah menghidupkan dan menjalankan organisasi. Jadi, silahkan analisis sendiri mana yang benar-benar founder, dan mana yang bukan. 

Lucunya, akhir 2011 atau mungkin awal 2012 saya membuat surat pengunduran diri dari posisi ketua yang ditujukan pada KPU dan yang saat itu disebut founding father/ff (padahal inisiator). Latar belakang saya mengundurkan diri adalah oke saya ketua, tapi saya tidak punya power, dan tidak adanya komitmen dari anggota. Beberapa minggu kemudian, saya baru tahu kalau surat pengunduran diri itu tidak sampai pada FF, dan baru saya tahu kalau ternyata KPU mentertawakan surat pengunduran diri saya. (katanya: surat pengunduran diri pada komunitas yang tidak nyata, ga jelas. Mau mundur dari apa?). Menanggapi statement KPU itu, saya baru ngeh : Orang itu akan benar-benar jujur setelah diakhir cerita. Kenapa tidak ngomong pada saat itu juga? Hah..begini ini, high context communication. 

Saya Perempuan dan Saya Anti Korupsi!
Singkat cerita, saya dan satu teman saya (Septi Diah Prameswari) mengikuti Youth Anty Corruption Youth Camp di Ciawi Bogor. Disana saya ketemu sama teman-teman yang concern juga di gerakan anti korupsi. Efek positifnya adalah 'Saya tidak merasa sendiri' dan cukup membuka mata saya bahwa gerakan anti korupsi adalah gerakan masif se-Indonesia. Efek negatifnya, adalah setelah camp itu saya gelisah sampai tidak bisa tidur (*lebay*). Saya bertanya-tanya dalam benak, Hal konkret apa yang sudah saya lakukan di lingkup saya? nothing. Oya, di ACYC ada sesi presentasi setiap komunitas. Dari semua ketua komunitas, hanya kompak yang ketuanya adalah perempuan, dan hanya kelompok 6 yang ketuanya perempuan (yaitu Septi Diah P-teman saya itu). Keren!! Saatnya bukan lagi menilai kamu laki-laki atau perempuan, tapi kamu mampu atau tidak!

Mba @liatoriana div.Youth Program, nge-tweet setelah selesai acara Youth Voters Education.
Saya dan Septi. Sempat berfoto ditengah kegiatan ACYC.

Akhirnya Deklarasi Ujian Bersih terlaksana. Terlihat, saat itu gerakan kami masih asing bagi lingkup kampus. Saya sih positive thingking, mungkin teman-teman kompak yang lain masih sibuk dengan kelasnya. 

Designed by Farid Kardana

Namun ternyata, kabar baik setelah dilaksanakan Deklarasi ini lebih besar dari jumlah orang yang membuat sensasi (sepanjang sejarah kampus saya). Malam hari sebelum hari H, saya membuat press release dan mengirim ke milist kampus. Akhirnya, kami diliput oleh humas kampus. Dan seperti bola salju, makin banyak media online yang meliput kegiatan kami. Syukurlah, media melipatgandakan hal positif, dan siapa tahu ada yang terinspirasi. Respon kampus pun positif, khususnya dosen-dosen matkul Anti Korupsi. Bahkan diminta deklarasi itu dilakukan 2 x dalam sehari. Tapi, kami tidak realisasikan karena kami juga Ujian Pak, Bu! Hehe, :)

Korupsi Besar dimulai dari kebiasaan curang!

Sepertinya Deklarasi Ujian Bersih itu, cukup membuat sensasi dan membuat Kompak mulai dikenal. Di beberapa spot kampus terlihat poster-poster yang bertuliskan "Korupsi dimulai dari Kebiasaan Curang". Ungkapan ini mengerucut dari gagasan bahwa : Jika KPK dan lembaga-lembaga penegakan hukum punya power dalam menindak pelaku korupsi, lalu kita ngapain? Apa hanya bisa misuh-misuh ga jelas tanpa didengar? Lakukan saja hal positif dimulai dari kita. Yang dekat dengan mahasiswa itu apa sih? Ya..itu..main bersih saat ujian. Seperti ungkapan yang dikatakan Bapakrektor tercinta (Bapak Anies Baswedan), "Cursing Darkness? Better light more and more candles." Mengutuk koruptor? ya jangan jadi koruptor baru!!
See?

Finally, setelah 2 tahun berlalu dan memasuki 2013 kompak bertemu dengan momennya. Bulan April ini kami telah menyelenggarakan Young Voters Education : "Pemuda, Politik, dan Pemilu menuju Indonesia 2014." Suaramu Nasib Bangsamu! dan acara "ACCH Portal goes to Campus Festival" Saya mewakili @KOMPAK_Parmad berterimakasih banyak pada Transparency International Indonesia atas terselenggaranya YVE tersebut. Semoga, kita bisa bekerjasama lagi next time. :) Dan makasih juga buat Rendy Ahmad dan Simponi (Sindikat Musik Penghui Bumi), yang membawakan lagu Vonis-Verdict itu ngena banget! Musik itu memang penyampai pesan yang efektif dan menyenangkan..masih terngiang-ngiang di kepala gue kalau : "kita mengaku..berdarah tumpah satu..tanah air tanpa korupsi..kita mengaku..berbahasa satu..bahasa tanpa kekerasan..one world without corruption!"


Simponii
Lesson learn dari pengalaman dari Kompak awal sampai sekarang adalah orang mungkin menertawakan, orang mungkin mengejek, jika apa yang kita cita-citakan belum terwujud. Tapi, just make it positive, jadikan sebagai dorongan untuk do something sampai akhir.

Mungkin ini melelahkan, tapi lakukan sampai terwujud.
Aku mungkin terseok-seok, tapi aku berhasil! 

0 comments:

Posting Komentar

Senang jika anda mau meninggalkan jejak di postingan ini..:)

Copyright © 2014 Jurnal Asri