Menuju Ranu Kumbolo
Baca sebelumnya, Menyusuri Jawa Menuju Semeru.
(Kamis, 15 Nov 2012)-Pendakian bermula saat hari mendekati maghrib.
Saya tidak tahu, berapa kilogram tas saya beratnya, yang pasti..sekitar setengah jam saya memikulnya, saya mulai merasa sesak. Akhirnya, untuk mengurangi beberapa beban, saya menitipkan beberapa pakaian yang sudah saya pakai di warung sebelum pintu gerbang. Setelah berdoa, kami mulai melangkahkan kaki meninggalkan Desa Ranu Pane.
Tanjakan pertama, yang saya lewati dengan ransel yang saya pikul, benar-benar ujian mental. Sempat terlintas pikiran, bagaimana kalau saya pingsan karena kelelahan, tentu malah akan merepotkan rombongan. Pikiran-pikiran negatif mulai muncul, ditambah hari yang berganti gelap. Saya menarik nafas dalam-dalam, tetap memikirkan hal-hal positif. Saya bisa, saya kuat, internalisasi pada diri sendiri. Baru juga hampir 1 jam perjalanan, hujan mulai turun rintik-rintik. Di tambah angin dingin yang berhembus, kami tetap mendaki dan mendaki.
Ternyata informasi ini yang tidak kami lihat, ketika mendaki malam hari. |
POS I |
Pikiran saya mulai kemana-mana lagi, teringat teman-teman serumah di Jakarta, pasti sedang nyaman-nyamannya menikmati long weekend. Saya teringat ranjang saya, pasti seminggu ini tidak ada yang menempati. Sindrom ingat rumah, dan kapok naik gunung mulai kambuh sepertinya.
Sesampainya di POS III, kami duduk di tanah untuk sedikit beristirahat. Saat itu, saya sempat tertidur untuk beberapa menit, saking ngantuknya. Indi, teman saya sempat kram di tengah perjalanan dan kesulitan untuk meneruskan sampai ke Ranu Kumbolo. Entah siapa, mungkin panitia lokal (dari Malang) menyarankan Indi untuk beristirahat di dalam pos III.
Yang saya lihat adalah bangunan limas segi empat, yang itu ternyata adalah atap yang sudah ambruk. Di dalamnya ada api unggun, dan beberapa orang yang sedang menghangatkan badan. Saya menemani Indi di dalam. Ketika rombongan melanjutkan perjalanan menuju Ranu kumbolo, saya dan Indi malah bermalam di POS III. Lagipula, saya tidak mau terlalu memaksakan diri untuk meneruskan perjalanan. Saat itu sudah tengah malam (23.30), tidak salah jika tubuh saya meminta istirahat.
Bermalam di pos III, pengalaman yang cukup menarik. Di satu sisi, saya sudah mengantuk, dan ingin tidur. Tetapi karena ruangan yang cukup crowded itu, saya hanya bisa tidur dengan bersandar di tembok. Saat terlelap, tidak aneh jika kemudian terbangun karena badan menggigil, saking dinginnya. Sayangnya, saya tidak tahu berapa derajat suhu malam itu.
POS III yang sudah ambruk. Atap limas segi empatnya, cukup menghalau angin dingin malam hari. |
Teman-teman baru, dari POS III menuju Ranu Kumbolo. Seingat saya, Kiri-Kanan: Ridwan, Yudha, Mas-mas yang bawain tas Indi (lupa namanya), dan Veri. |
Perjalanan di pagi hari itu, benar-benar berbeda dengan perjalanan malam sebelumnya. Saya bisa melihat pemandangan yang begitu indah, dan benar-benar menikmati suasana pegunungan. Rombongan juga tidak terburu-buru saat berjalan.
Ranu Kumbolo!! |
Menikmati Jelly Inaco (sponsor) sambil melihat Ranu Kumbolo dari atas. |
Messy Camp, Ranu Kumbolo. |
Tas Indi yang dibawain sama Mas..(saya lupa namanya), berisi tenda. Dan sampai di Ranu Kumbolo, kami tidak bertemu dengan Mas-Mas itu, dan terancam terlantar karena tidak ada tenda. Akhirnya, kami mendekati Veri, yang sudah mulai masak makan siang.
Akhirnya, kami duduk-duduk di rerumputan, awalnya mengambil foto-foto, tapi ujung-ujungnya adalah tiduran. Saya dan Indi berjemur di bawah terik matahari, sudah seperti liburan musim panas saja. Haha..(Sepulang dari Semeru, baru nyesel berjemur di Ranu Kumbolo tanpa menggunakan sunblock, parah..)
Akhirnya, kami duduk-duduk di rerumputan, awalnya mengambil foto-foto, tapi ujung-ujungnya adalah tiduran. Saya dan Indi berjemur di bawah terik matahari, sudah seperti liburan musim panas saja. Haha..(Sepulang dari Semeru, baru nyesel berjemur di Ranu Kumbolo tanpa menggunakan sunblock, parah..)
Hari itu hari Jumat, sebuah pemandangan yang menarik bagi saya. Awalnya, Veri teman saya bertanya, bakal ada shalat Jumat nggak ya. Dia ragu, karena melihat laki-laki disana sepi-sepi saja. Sampai seorang bapak mengumandangkan adzan, dan massa pun mulai berkumpul. Hmm, memang perlu ada yang menginisiasi rupanya..
Perjalanan ini menurut saya, bisa jadi membuat diri menjadi lebih dekat lagi dengan Tuhan. Saya sendiri, benar-benar menyadari kelemahan saya, apa dan bagaimana. Kemudian menyadari, ada yang Maha Kuat yang mengatur segalanya.
Perjalanan ini menurut saya, bisa jadi membuat diri menjadi lebih dekat lagi dengan Tuhan. Saya sendiri, benar-benar menyadari kelemahan saya, apa dan bagaimana. Kemudian menyadari, ada yang Maha Kuat yang mengatur segalanya.
Shalat Jumat di Ranu Kumbolo |
hahhaah yang diinget tetep... Ranjang. But, great experience aciiiiw
BalasHapushehe, nempel tuh ranjang ampe kemanapun..hoho...:D
BalasHapusmantapp, teruslah mendaki acii.. :) Ada quotes bagus dari Dag Hammarskjold ini : "Janganlah megukur tinggi sebuah gunung sebelum kamu mencapainy, karena ketika kamu telah mencapainya, kamu akan berpikir betapa rendahnya gunung itu" :')
BalasHapusAsik, siap Mba ROna..:)
BalasHapuskomen ahh :p
BalasHapusMangga silahkan..:-)
Hapusikh seru bgd tp andai ada bakal seru tuh hahahah
BalasHapuseh itu pendakian kapan mbak? edan rame banget ranukumbolonya, kaya pasar malem :o
BalasHapusTengah November 2012 kemarin, :)
BalasHapusSaya selalu senang membaca cerita dari teman-teman yang mendaki semeru. Meski 'mainstream' tetap saja tiap orang punya cerita masing-masing yang menarik untuk di baca. Saya sendiri punya cerita saat ke semeru. Pengen balik lagi, pengen tahu cerita apa lagi yang bakal saya dapatkan.
BalasHapus