Kamis, 03 Maret 2011

Bencana di Sekitar Kita..


Tinggal di Indonesia yang merupakan daerah rentan bencana, seharusnya membuat kita sadar dan mengubah paradigma kita tentang bencana. Penanggulangan terhadap bencana tidak sekedar tanggap darurat saat bencana terjadi, tetapi merupakan serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan, pembangunan yang tidak berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
Indonesia yang terletak di antara lempeng pasifik, lempeng India Australian, dan lempeng Eurasian yang secara alamiah bergerak dan bergesekan sehingga menghasilkan energi panas, energi panas tersebut ketika sudah terakumulasi akan mencari jalan keluar melalui lubang gunung api, sehingga menyebabkan banyaknya gunung api di Indonesia.




Rekam sejarah juga mencatat beberapa bencana alam yang terjadi di Indonesia dan sekitarnya. Pada tahun 1883 terjadi letusan gunung Krakatau yang menyebabkan 30.000 jiwa meninggal. Pada tahun 1815 terjadi letusan gunung Tambora di Pulau Sumbawa yang menelan korban 71.000 jiwa. Letusan gunung Tambora ini, mengakibatkan kelaparan dan penyakit karena letusannya menghancurkan produksi pertanian di daerah tersebut. Kegagalan panen dan ternak juga terjadi di belahan bumi utara, menyebabkan adanya kelaparan terburuk di abad 19. Saat itu terjadi anomali iklim sekitar tahun 1816 dikenal dengan tahun tanpa musim panas karena pengaruh letusan tersebut terhadap cuaca di Eropa dan Amerika Utara.[1]
Desember 2004 terjadi gempa 9.0 SR di dasar laut Pasifik di Barat Sumatra. Tsunami mencapai pesisir di 15 negara. Di Aceh yang tidak jauh dari episentrum gempa, tsunami menjangkau seluruh pesisir barat sampai dengan 3-5 km ke daratan, 132.000 orang meninggal, dan 37.000 hilang. Di Srilanka, Thailand, Kepulauan Maldives diperkirakan 230.000 jiwa meninggal, 1,6 juta jiwa mengungsi. Kemudian menyusul gempa 8.5 SR yang mengguncang pesisir selatan Sumatra pada Maret 2005 di yang merenggut 2000 jiwa. Kemudian erupsi merapi yang terjadi sejak 26 November 2010, korban tewas mencapai 198 orang, sedangkan 303.233 warga Merapi menjadi pengungsi[2].
Undang-Undang no 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana mendefinisikan bencana sebagai :
Peristiwa/rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Secara khusus, bencana alam didefinisikan sebagai :
Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
Menurut EM-DAT[3] bencana dikelompokkan menjadi dua yaitu: pertama hidrometerologis (kejadian iklim), bencana berupa tanah longsor, kekeringan, kelaparan, temperatur ekstrim, banjir, kebakaran hutan, badai angin, dan kenaikan gelombang laut. Kedua geofisik (kejadian gelogis), seperti gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung api. Karena Indonesia terletak di Pasifik Ring of Rire atau lempengan di jalur gunung pasifik, maka letusan gunung api cukup sering terjadi. Selama Oktober 2009 saja terjadi lebih dari 50 kali gempa bumi di berbagai wilayah Indonesia. Sejak 2004 sejumlah gempa besar di perairan barat Sumatra (9.4 SR, Desember 2004; 8.5 SR, Maret 2005), Mei 2006 di pesisir selatan Jawa Barat (7.5 SR), September 2009 di Sumatra Barat (7.4 SR), Oktober 2009 di Maluku (7.3 SR).
Begitu banyak bencana yang terjadi, bukan karena bangsa ini bangsa yang sial,  namun belajar dari beberapa pengalaman harus membuat kita sadar terhadap bencana. Pengetahuan tentang bencana harusnya sudah diterapkan di tingkat sekolah dasar, untuk membuka mata kita supaya selalu siap ketika bencana terjadi. Ketika pengetahuan tentang bencana sudah disosialisasikan di masyarakat, tentunya bisa mereduksi jumlah korban.



[1] http://en.wikipedia.org
[2] http://news.solowebspace.com .Update jumlah korban hingga 11 November 2010.
[3] [3] EM-DAT merupakan suatu proyek di bawah CRED, sebuah lembaga non profit yang didirikan 1993 di bawah the School of Public Health, Universitas Katolik Louvain di Belgia. Sejak tahun 1988, CRED mengelola EM-DATA, data base mengenai bencana. Lihat www.em-dat.org. Dikuti dari Ali Aulia-UNICEF, tanpa tahun, h.3.

2 komentar:

  1. tks rona,, aku nulis ini waktu pulang dari peltihan tanggap darurat bencana itu..

    *supaya manusia tidak menyalahkan alam lagi..

    BalasHapus

Senang jika anda mau meninggalkan jejak di postingan ini..:)

Copyright © 2014 Jurnal Asri