Rabu, 17 September 2014

Wonderful Indonesia: Berlibur di Raja Ampat, 6 Hal Ini yang Akan Saya Lakukan



Kepulauan Wayag di Raja Ampat (Sumber: travel.kompas.com)

Raja Ampat, sepertinya lebih populer di kalangan turis mancanegara, dibandingkan dengan turis lokal. Orang-orang kita (orang Indonesia) sepertinya lebih suka jalan-jalan ke Singapura, dibanding menjelajahi Indonesia bagian timur. Bukan maksud menghakimi, mungkin salah satu faktornya adalah biaya yang dikeluarkan memang lebih besar dibandingkan dengan wisata ke negara tetangga.
Semoga ada bukti berupa hasil survey yang mematahkan asumsi saya ini, semoga masyarakat Indonesia lebih banyak berwisata ke daerah-daerah dalam negeri dibandingkan pelesir ke luar, amin.


Tetapi, biaya yang dikeluarkan tentu sebanding dengan apa yang akan didapatkan. Mengenal lebih dekat budaya Indonesia, dari salah satu site pariwisata di Indonesia timur.

Berbincang tentang Raja Ampat, siapa yang tidak mau berkunjung ke sana? Salah satu site wisata di Provinsi Papua Barat ini memang terkenal dengan wisata bawah lautnya. Tentu, yang pernah menikmati keindahan alamnya, pasti ingin kembali ke sana dibandingkan dengan saya yang belum pernah ke sana.

Mengenal Lebih Dekat Raja Ampat

Raja Ampat, terletak di sebelah barat bagian Kepala Burung (Vogelkoop) Pulau Papua. Vogelkoop merupakan semenanjung besar yang membentuk bagian darat laut Papua Barat, yaitu Semenanjung Deborai. Raja Ampat sendiri merupakan salah satu Kabupaten di Papua Barat, dengan jumlah 610 pulau dan 35 pulau berpenghuni. Dengan empat gugusan pulau, yaitu Pulau Misool, Salawati, Batanta, dan Waigeo.

Peta Raja Ampat (Sumber: http://panduanwisata.com) 

Raja Ampat selain terkenal dengan pesona bawah lautnya, juga terkenal dengan kebudayaan warga dan kearifan warga lokal dalam menjaga lingkungannya. Tentu muncul rasa penasaran dan keinginan untuk melihat langsung bagaimana keindahan alam dan kekayaan budaya masyarakat setempat. Sebagai warga negara Indonesia, tentu akan selalu menjadi pengalaman tak terlupakan ketika mengunjungi berbagai daerah di negeri sendiri.

Jika Agustus tahun depan Tuhan mengizinkan saya menginjakkan kaki di Raja Ampat, sebenarnya ada banyak hal yang ingin saya lakukan. Dari website http://www.indonesia.travel/ saya mengetahui beberapa kegiatan yang diselenggarakan di setiap bulannya. Salah satunya seperti Festival Bahari yang biasanya berlangsung di Bulan Agustus.

Ini wishlist aktivitas yang hendak saya lakukan di Raja Ampat:

1. Melihat Budaya Masyarakat Raja Ampat

Di setiap Bulan Agustus biasanya berlangsung Festival Bahari Raja Ampat. Menurut Barry Kusuma, Festival Bahari dilaksanakan di pusat Ibukota Waisai. Yang menarik, dalam festival ini juga mengundang seni dan budaya dari kabupaten lainnya di Papua. Dalam festival ini, ada lomba foto bawah laut, lomba perahu dayung, orientasi bawah air, olahraga pantai seperti voli, dsb, dan atraksi budaya lokal.

Asiknya, dengan mendatangi festival ini, bukan hanya bisa menyaksikan budaya khas Raja Ampat, tetapi juga budaya dari daerah Papua lainnya.

Meriahnya Festival Raja Ampat, Dok Barry Kusuma (Sumber: http://www.indonesiakaya.com)
Selain menyaksikan tarian khas masyarakat Raja Ampat, dalam Festival Bahari ditampilkan juga aktivitas mengolah sagu. Sagu dikenal sebagai makanan pokok masyarakat Papua yang diolah menjadi papeda. Papeda merupakan bubur sagu berwarna putih, dan bertekstur lengket dengan rasa tawar. Papeda dikenal sebagai makanan kaya serat dan rendah kolesterol dan bernutrisi. Di berbagai wilayah pesisir dan dataran rendah di Papua, sagu merupakan bahan dasar untuk diolah lagi menjadi berbagai makanan. Seperti sagu bakar, sagu lempeng, dan sagu bola. (Sumber: wikipedia)






Makanan hasil olahan sagu, Papeda.
(Sumber: http://panduanwisata.com)

Aktivitas Mengolah Sagu, Dok. Barry Kusuma (Sumber: http://www.indonesiakaya.com) 
Selain daya tarik dari kebudayaan Raja Ampat dan Papua pada umumnya, masyarakat Raja Ampat juga mempunyai kearifan lokal dalam menjaga lingkungannya.



2. Belajar menjaga lingkungan dari Adat Sasi, kearifan lokal masyarakat Raja Ampat. 


Area Sasi di Raja Ampat. Dok Ibu Kuwati, Via Dhanang Dhave/Kompasiana

Sasi ini menurut Klasina Rumbekwan-Kepala Bidang Promosi Raja ampat dikutip dari sumber ini, "Sasi merupakan adat turun temurun Raja Ampat untuk menjaga alam, menjaga laut".Yang unik adalah bagaimana teknis dari sasi ini berjalan. Adat sasi tidak berjalan sembarangan, adat sasi dimulai dengan berdoa di mesjid ataupun gereja (berhubungan masyarakat Raja Ampat ada yang Muslim dan ada yang Nasrani). Kepercayaan yang diyakini masyarakat musibah akan datang jika aturan adat berlaku turun temurun tersebut dilanggar.

Teknis dari adat sasi ini, masih menurut Klasina, "Adat sasi melarang masyarakat menangkap ikan, kerang, lobster, dan hasil laut lainnya selama masa yang ditentukan, sedangkan waktu memanen ikan hanya berlangsung selama 2-3 minggu, dalam masa panen ini, warga hanya menangkap ikan sebanyak jumlah yang diperlukan untuk keperluan sehari-hari." Manfaat dari adat sasi ini adalah memberikan waktu agar ikan dan biota di laut untuk berkembang biak, sehingga keseimbangan alam terjaga karena tidak dieksploitasi terus menerus. Hmm..saya pribadi salut dengan seluruh warga yang kompak tidak kemaruk mengambil hasil alam, dan menjaga keseimbangan ekosistem.


3. Diving di Dive Site Raja Ampat

Pari Manta di Raja Ampat, (Sumber: www.mongabay.co.id)

Ketiga, tentu tidak sah ke Raja Ampat kalau tidak menyaksikan keindahan bawah laut Raja Ampat. Raja Ampat memiliki ratusan dive spot. Beberapa spot yang terkenal seperti Manta point, P47 Thunderbolt Wreckplane, Mike's point, Cape Kri atau Chicken Reef.

Manta Point, terletak di sekitar perairan Pulau Arborek, di Selat Dampier. Dinamakan "Manta" arena di titik ini mudah ditemukan ikan pari warna hitam, dan putih. Sedangkan P47 Thunderbolt Wreckplane, terletak 30 meter dari bibir Pantai Way, dimana pada spot ini terdapat bangkai pesawat dengan posisi terbalik di sebuah slope dengan kemiringan sekitar 45 derajat, di antara karang-karang. Diperkirakan pesawat ini jatuh pada Perang Dunia II sekitar tahun 1944. Dan mike's point, spot ini diambil dari nama anak penyelam yang mempopulerkn spot ini yaitu Max Ammer Dutchman. Sedangkan di Cape Kri/Chicken Reef, kita bisa dikelilingi oleh ribuan ikan, terkadang kumpulan ikan Tuna, giant trevalliesm, dan snappers. Atau sekumpulan ikan ikan Barakuda dan hiu karang. Sumber di sini.


4. Menyusuri pulau-pulau dengan Kayaking! 

Kayaking (Sumber: http://cdn.c.photoshelter.com) 
Menjelajahi pulau-pulau di Raja Ampat dengan menggunakan kayak sepertinya pilihan yang tepat, walaupun harus memastikan tangan yang akan mengayuh sampan kuat :) Dengan menggunakan kayak, tentunya suasana lebih tenang dibandingkan dengan menggunakan speed boat, dan tentunya lebih khusyu melihat pemandangan bawah laut yang seperti aquarium raksasa itu. Salah satu penyedia jasa travel guide di Raja Ampat, menyaranan rute bermain kayak di antara Kri, Mansoar, dan Southern Gam. Dengan rute ini, kita bisa melihat area mangrove, dan karang-karang dengan laut yang dangkal.


5. Menyusuri Pantai Bertelanjang Kaki

Setelah diving dan kayaking, tentu sesederhana bertelanjang kaki menyusuri pantai-pantai di Raja Ampat tetaplah menjadi pengalaman menarik tak terlupakan. Suasana tenang, damai, diikuti semilir angin, sambil melihat birunya laut, bisa mengobati jiwa-jiwa yang lelah, menguapkan semua penat.

Salah satu pesisir pantai di Raja Ampat (Sumber: http://rajaampatkab.go.id)


6. Melihat Kecantikan Burung Cendrawasih Merah

Paradisaea Rubra atau dikenal dengan Cendrawasih Merah (Sumber: http://www.mongabay.co.id) 
Fauna di Raja Ampat juga tak kalah menariknya. Salah satunya adalah burung Cendrawasih atau dikenal dengan sebutan "Bird of Paradise". Burung Cendrawasih khas Raja Ampat berbeda dengan Cendrawasih pada umumnya di daratan Papua, Cendrawasih di Raja Ampat didominasi oleh bulu berwarna merah, sehingga disebut dengan Cendrawasih merah, dengan nama ilmiah Paradisaea Rubra. Cendrawasih merah berlokasi di Bukit Hau, Kampung Sawinggrai, Pulau Gam.

Dilansir dari Indonesia.travel, diduga terdapat sekitar 30 jenis Cendrawasih di Indonesia, 28 jenis di antaranya dapat ditemukan di Papua. Sedangkan yang menjadi identitas Provinsi Papua adalah Burung Cendrawasih (Seleucidis Melanoleuca).

Kekayaan Papua dengan aneka ragam fauna-nya, khususnya burung Cendrawasih ini, tentu menjadi faktor penarik untuk mengunjungi tempat ini. Tidak ada alasan untuk tidak menuliskan Raja Ampat sebagai destinasi wisata anda.

Saya percaya law of attraction berlaku,
Semoga tahun depan bisa menyaksikan Festival Bahari dan menginjakkan kaki di Raja Ampat!


Jakarta, 17 September 2014.

3 komentar:

Senang jika anda mau meninggalkan jejak di postingan ini..:)

Copyright © 2014 Jurnal Asri