Jumat, 11 Mei 2012

(MOZAIK BLOG COMPETITION) BUKU itu...? Partner in My Life




Kado apa yang kamu inginkan saat hari ulang tahunmu tiba? Pakaian? Jam tangan mewah? Boneka panda bulu berukuran besar? Atau kunci mobil beserta mobilnya? Hohoho, kalau minta kado mobil itu kebangetan kali ya, kecuali mintanya sama orang tua sendiri.

Bagi saya, setiap kado yang dipersembahkan oleh teman-teman selalu terasa spesial  (everyone like surprise isn’t it?), walaupun misalkan kado itu hanya berupa ucapan Happy Birthday, bersama sebuah cake mungil. It’s ok bagi saya. Tapi, akan sangat bahagia sekali jika kado itu berupa buku. Book is not only thing, but it’s offer you others, that knowledge. And finally, buku itu akan selalu mengingatkan saya bahwa ada orang-orang di sekitar with their love, and exactly i love them too!

Kuliah saya sekarang, memang mengharuskan saya membaca buku. Peminatan Kajian media yang saya ambil, mengharuskan saya membaca pemikiran-pemikiran tokoh-tokoh seperti Karl Marx, Habermas, Adorno, Althusser, tetapi tentunya membaca pemikiran mereka dengan sumber kedua atau ketiga (bukan pertama), dimana pengantarnya adalah bahasa Inggris. Maka jadilah saya melewati malam-malam di Semester empat ini dengan lebih banyak begadangnya daripada tidur, hehe. Maklum, bahasa Inggris saya masih ancur, jadi harus lebih struggle lagi. Buku-buku yang menemani saya sewaktu kuliah ini, kebanyakan dalam bentuk eBook, sehingga memang lebih praktis dan tentunya lebih murah (haha, ketauan tukang download eBook gratisan nih!!). Terkadang, saya malas untuk membaca literatur-literatur itu, tapi mau bagaimana lagi, mosok kuliah ga baca buku toh?!

Awal mula saya suka buku, yaitu saat masuk SMP, saya mulai suka membaca cerpen. Dari situ, saya mulai melahap novel-novel teenlit macam Dealova, dsb. Beranjak SMA, saya mulai melahap novel-novel seperti Ayat-Ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih, Pudarnya Pesona Cleopatra, HarPott, Hafalan Shalat Delisa, sampai langganan Majalah Annida.  Saya mencari hiburan dan pelarian lewat buku, karena selama SMP-SMA (6 tahun) saat itu, saya tinggal di Pondok Pesantren yang melarang santrinya membawa handphone, tidak ada Televisi, dan kepemilikan komputer di pondok masih bisa dihitung jari. Saya bersyukur sih, jadi selama kurang lebih enam tahun, saya menempa diri saya dengan media cetak, khususnya buku. “Witing tresno jalaran soko kulino” kalau orang Jawa bilang, lama-lama saya jadi suka buku termasuk buku-buku non-fiksi.

Dan semasa kuliah, saya bertemu dengan : Moga Bunda Disayang Allah, Rembulan Tenggelam di Wajahmu, Daun yang Jatuh tak Pernah Membenci Angin, novel karya Tere Liye, serta  Perempuan di Titik Nol, Bumi Manusia-nya Pramudya Ananta Toer. Ternyata, novel Perempuan di Titik Nol membawa saya ke kesadaran, bahwa selama ini selalu ada penindasan satu kelompok terhadap kelompok lain. Jika Karl Marx percaya adanya penindasan yang dilakukan oleh pemilik modal terhadap kaum buruh, novel ini membawa kesadaran pada seorang perempuan yang sangat tertindas oleh budaya patriarkhi dengan settingan Mesir. Sedangkan Pramudya Ananta Toer, membawa saya pada masa-masa lampau Hindia Belanda (Indonesia sebelum merdeka), dan mengajak saya mengetahui bagaimana kehidupan pribumi pada saat itu. Ada rasa kebanggaan yang kemudian tumbuh, sebagai bagian dari Indonesia.

Finally, i think, novel bring us an awareness. Awareness about everything. Bukankah novel atau produk-produk budaya lainnya merupakan alat perang wacana untuk menciptakan sebuah kesadaran? So, keep reading in order our knowledge always growingCause human without knowledge improvement is like zombie!!




Notes : artikel ini diikutsertakan dalam lomba menulis apa arti buku menurutmu : info lengkap di http://mozaikpublishouse.multiply.com


2 komentar:

  1. Untuk format judul blognya tolong diedit sesuai dengan ketentuan lomba yaitu [Mozaik Blog Competition] Judul Blog

    Makasih

    Mr.Moz

    BalasHapus

Senang jika anda mau meninggalkan jejak di postingan ini..:)

Copyright © 2014 Jurnal Asri