Minggu, 25 Maret 2012

Aku dan Cerita Ibukota



Alarm berbunyi untuk yang sekian kali, dan berkali-kali saya menambah jammya, untuk kemudian tidur kembali. Saya agak susah tidur, dan bisa tidur ketika mengantuk itu merupakan sebuah nikmat.
Alarm berbunyi lagi. Argghhh!!! Jam 10.11! Saya langsung beranjak dari ranjang, menyambar handuk saya, mandi, kemudian bersiap-siap untuk pergi. Hari ini minggu ke empat Maret dimana saya harus mengikuti pelatihan menulis. Acaranya jam 10.00 dan saya baru bangun jam 10.11 pula! Gila!!

Kepala saya masih pusing, dan segera mencari ojeg yang tidak jauh dari persimpangan jalan dekat rumah. Cabut Pak! Berharap bisa lebih cepat menuju halte busway terdekat, halte Mampang Prapatan, saya sudah telat setengah jam. Eh, si bapaknya malah masuk ke gang-gang kecil, dan ternyata ada orang yang sedang hajatan, jalan (gang kecil pun) diblokir. Dan kami, (saya dan bapak tukang ojeg) harus memutar, mengambil jalan ke jalan besar, kenapa ga dari tadi coba?

Akhirnya sampai juga di haltenya, membeli karcis, dan menunggu sekitar 7 menit, si armada datang juga. Untung ga crowded banget, tapi tetap berdiri. Busway emang jalan cepat, tapi sering rem mendadak, sehingga kami yang berdiri seperti diguncang-guncang, dikocok-kocok. Pegangan tangan di busway pun rasanya tidak ergonomis, karena tumpuannya tidak kuat, sehngga kalau lama-lama tangan kita akan pegal. Busway sampai di Dukuh Atas, saya transit, mengambil arah Kota. Alhamdulillah, akhirnya saya kebagian tempat duduk juga!

“Udah sesi tanya jawab” sms dari teman saya baru saya baca. Hmm...semoga pas saya datang, acaranya belum selesai. Malu juga dong, baru dateng pas acara bubar! Setelah berputar-putar mengelilingi museum Bank Mandiri, akhirnya tempat acara saya temukan juga! Rasanya mau semaput saja!

Pipiet Senja, ternyata orangnya enerjik dan humoris! Padahal, yang saya tau dia itu mengidap talasemia, dan secara berkala harus melakukan transfusi darah. Ada kekaguman yang muncul kemudian.

Sekitar setengah jam saya duduk disana, aula yang cukup untuk mengademkan diri, akhirnya acara selesai. Gila, malah lama dijalannya daripada acaranya (resiko orang telat kalii). Setelah selesai, dan karena saya merasa tidak perlu berfoto-foto bareng, saya pulang, dengan menaiki busway dengan rute yang sama. Untungnya antrian tidak terlalu panjang. Setelah sampai di Dukuh Atas, saya transit. Disana sudah panjang antrian orang-orang yang menunggu busway, untungnya antrian yang panjang itu antrian yang arah Pulo Gadung, bukan Mampang! Saya menghembuskan nafas lega.

Perjalanan saya pulang pergi dari Mampang-Kota, Kota-Mampang, masing-masing membutuhkan waktu satu jam! Waktu yang menurut saya cukup lama mengingat ini perjalanan dalam kota. Belum lagi ditambah naik, jalan, turun jembatan penyebrangan, ditambah polusi, asap, dan cucaca yang cukup panas (mungkin karena mau turun hujan).

Untuk menuju rumah saya, dan jika sedang berhemat, saya jalan kaki melalui gang-gang kecil kompleks perumahan.  Dalam capeknya perjalanan saya itu, tak sadar saya memperhatikan rumah-rumah yang dilewati. Ya, walaupun saya bukan mahasiswa tata kota, saya berkesimpulan kalau rumah-rumah ini tak beraturan. Ada beberapa diantara rumah yang saya lewati, terdapat parit-parit kecil dengan air kotor menggenang disana, dan pastinya menyemburkan bau tidak sedap.

Sebuah pemandangan yang miris memang, apalagi dalam suasana ramainya pemilihan Calon dan Wakil Gubernur Jakarta. Saya ingat janji dari salah satu calon, Jokowi yaitu jika terpilih menjadi Gubernur, busway akan lewat 3 menit sekali. Hmmm...asikk..

Ya, masalah transportasi memang permasalahan yang vital untuk Ibukota ini. Seperti apa yang saya rasakan, kemacetan malah menghambat produktifitas, dan tenaga kita malah dihabiskan di jalan. Tata letak juga, semoga bisa lebih teratur. Karena secara langsung atau tidak, tata letak dan waktu yang dihabiskan di perjalanan akan mempengaruhi tingkat stress warga Ibukota, jika masalah ini tidak segera dibenahi.


2 komentar:

  1. Jadi ini cerita tentang seorang gadis anggota FLP yang ketelatan bangun,perjuangannya menemui sosok Pipit Senja, dan himbauannya kepada pemerintah kota Jakarta ya? hehehehe... happy writing :)

    BalasHapus
  2. kurang lebih seperti itu..Diel..:)
    Makasih...

    Happy to read..:)

    BalasHapus

Senang jika anda mau meninggalkan jejak di postingan ini..:)

Copyright © 2014 Jurnal Asri