Selasa, 28 Februari 2012

MEDIA MASSA dan PROPAGANDA POLITIK


Sebuah laporan bacaan mata kuliah Media Massa dan Sistem Politik, yang ditulis dengan berdarah-darah..:)


Indonesia, as imagine country

Sejarah perkembangan media komunikasi massa di Indonesia tentunya merupakan usaha tanpa henti untuk memanfaatkan media sebagai sebuah instrumen perkembangan negara, dan untuk mengendalikan pers.[1] Media pada awal kemunculannya di Indonesia digunakan untuk membangun sebuah Imagine Nation[2]. Radio berperan dalam membangun nasionalisme Indonesia, sebagai peran utama dalam usaha merebut kemerdekaan dan membangun identitas nasional setelah kemerdekaan pada era Soekarno. Sedangkan TV digunakan oleh Soeharto dalam mempublikasikan pemerintahannya melalui TVRI. TV membangun nilai-nilai kebersamaan, menciptakan sebuah imagined state untuk melengkapi jarak geografis dan sejarah penjajahan.[3] Akhir dari pemerintahan Soeharto memicu terbukanya kebebasan pers dan tumbuhnya industri media, yang kemudian menstimulus munculnya ruang publik dan civil society.
Perkembangan teknologi juga tentunya berpengaruh terhadap pemain media (media players) di dunia.Sistem distribusi satelit mempengaruhi kemunculan pemain baru media di dunia, seperti munculnya Al-Jazeera pada tahun 1991 yang mengahdirkan keseimbangan perspektif alternatif di dunia, setelah sebelumnya perspektif barat yang mendominasi.[4]
Banyak contoh kejadian yang merupakan dampak dari media terutama TV dalam mempengaruhi politik,  pemerintah, dan kebijakannya. Contohnya seperti yang terjadi pada tahun 1990, sebuah rapat kongres di Washington DC, pada Oktober 2010. Dalam kongres tersebut, diceritakan bahwa seorang perempuan Kuwait bernama Nayirah (15 th) mendeskripsikan bahwa pasukan Iraq membawa bayi-bayi dari inkubator di Rumah Sakit Al-Adon kemudian melemparkannya ke lantai dasar hingga meninggal. Cerita kejadian tersebut diulas di TV Amerika dan CNN. Tiga bulan kemudian, perang teluk dimulai. Presiden Bush selalu mengulang-ulang cerita tersebut dihadapan kongres, dewan keamanan PBB, TV, dan Radio. Bush menekankan bahwa ini merupakan pelanggaran atas kemanusiaan dan menjadi alasan Amerika untuk menyerang Irak.[5]
Hal yang sama juga terjadi pada masyarakat Afghan, setelah terjadinya serangan 11 September  pada Twin towers of New York dan Pentagon. Perang di Afghanistan merupakan sebagian kecil dari perang melawan terorisme. Masyarakat Afghan dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan seperti : Apakah kalian nyaman diatur oleh Taliban? Apakah kalian bangga tinggal dalam ketakutan? Apakah kalian bahagia melihat tempat yang kalian miliki menjadi pusat pelatihan terorist? Ungkapan-ungkapan seperti ini merupakan propaganda yang dikeluarkan oleh Amerika setelah serangan 11 September berlangsung, dengan tujuan untuk menyudutkan Taliban.[6]
Berdasar contoh kasus tersebut, media tentunya mempunyai sebuah efek pada masyarakat. Pendekatan fungsionalisme struktural menurut CR.Wright (1986) dalam Media Effect and Crisis menyampaikan bahwa fungsi komunikasi massa untuk masyarakat yaitu : fungsi pengawasan, korelasi, sosialisasi, dan hiburan.[7]
Fungsi pengawasan : komunikasi massa meningkatkan persamaan persepsi di masyarakat dan meningkatkan pengawasan masyarakat terhadap hal-hal menyimpang di masyarakat dan tetap menjaganya tetap pada alurnya. Tetapi disisi lain, pengawasan yang berlebihan malah akan menggantikan aktifitas politik di masyarakat, dan dalam situasi krisis, bisa menimbulkan kegelisahan di masyarakat. Fungsi Korelasi, yaitu komunikasi massa menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan urusan publik. Tetapi, jika audiens terlalu percaya pada media, dia akan kehilangan kemampuan untuk mengevaluasi informasi yang diterimanya. Fungsi Sosialisasi, komunikasi massa berfungsi menyampaikan nilai-nilai sosial, norma-norma budaya, dan pengalaman pada masyarakat. Tetapi, komunikasi massa juga bisa menurunkan nilai-nilai budaya dan intelektual, mengabaikan kelompok di masyarakat, dan menyederhanakan keberagaman. Fungsi hiburan, komunikasi massa menghadirkan hiburan sebagai pertukaran pengalaman (shared experience) dan sarana untuk kohesi sosial bagi masyarakat. Tetapi, hiburan juga malah bisa mengalahkan aktifitas lain yang lebih prioritas untuk dikerjakan.
Berdasar contoh kasus terkait propaganda yang dilakukan oleh Soekarno; Soeharto; dan Amerika, media massa dan komunikasi massa yang dilakukan, jelas bisa mengandung sebuah propaganda (pesan yang tersebar luas dengan maksud tertentu)  baik itu bertujuan positif, negatif, ataupun netral.


[1] Lihat Anwar : 1978 dalam Jonathan Woodier. The Media and Political Change in Asia. USA: Edward Elgar. 2008.
[2] Nasionalisme berdasar imajinasi.
[3] Ibid. hal 150.
[4] Jim Wills. The Media Effect, How The News Influence Politics and Government. USA : Praeger.2007. hal 12
[5] Ibid. hal 3.
[6] Philip M Taylor. Munitions of the Mind. USA: Manchaster University Press . 2003. hal 316.
[7] Elizabeth M Perse. Media Effect and Society. London :   Lawrence Erlbaum Associates, Publishers. 2001. Hal 56­­­­

0 comments:

Posting Komentar

Senang jika anda mau meninggalkan jejak di postingan ini..:)

Copyright © 2014 Jurnal Asri