Selasa, 13 September 2011

Jujur, Pondasi dalam Berkomunikasi


Oleh : Asri Nuraeni*

Kita sedang ada dalam bulan Ramadhan, dimana bulan ini mengajarkan kepada umat Islam untuk peduli terhadap sesama. Peduli terhadap sesama, juga dapat diaplikasikan dalam berkomunikasi yang baik terhadap sesama.
Bagaimana sih berkomunikasi yang baik itu?
Komunikasi, berarti proses penyampaian pesan dari satu orang (komunikator) ke orang lain yang menerima pesan (komunikan). Setiap waktu, bahkan setiap detik manusia selalu melakukan komunikasi. 70% dari hidupnya, manusia melakukan komunikasi. Komunikasi bukan hanya dilakukan secara verbal, tetapi juga nonverbal.
Bagaimanakah komunikasi nonverbal itu? Komunikasi nonverbal berarti komunikasi yang tidak dilakukan melalui lisan dan tulisan, misalnya : Bahasa tubuh terdiri dari isyarat tangan, gerakan kepala, postur tubuh dan posisi kaki, ekspresi wajah dan tatapan mata, sentuhan, parabahasa (kecepatan berbicara, nada, intensitas volume suara, intonasi, kualitas vokal, warna suara, dialek, gurauan, desahan, dsb), busana, karakteristik fisik, bau-bauan, orientasi ruang dan jarak pribadi (ruang publik dan ruang pribadi, posisi duduk dan pengaturan ruangan), konsep waktu, diam, warna, artefak. [1]
Dalam melakukan komunikasi, hendaknya kita harus terampil dalam menggunakan bahasa nonverbal dan verbal. Namun, yang menjadi pondasi utama dalam berkomunikasi adalah jujur.  Sebuah sikap yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW, berabad-abad yang lalu.
·         Berkata jujur
Jujur itu berarti berita/perkataan sesuai dengan fakta. Jujur merupakan sifat yang terpuji. Allah menyanjung orang-orang yang mempunyai sifat jujur dan menjanjikan balasan yang berlimpah untuk mereka. Termasuk dalam jujur adalah jujur kepada Allah, jujur dengan sesama, dan jujur kepada diri sendiri. Sebagaimana yang terdapat dalam hadist shahih bahwa Nabi bersabda,
“Senantiasalah kalian jujur, karena sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebajikan, dan kebajikan membawa kepada surga. Seseorang yang senantiasa jujur dan berusaha untuk selalu jujur, akhirnya ditulis di sisi Allah sebagai seseorang yang selalu jujur. Dan jauhilah kedustaan karena kedustaan itu membawa kepada kemaksiatan, dan kemaksiatan membawa ke neraka. Seseorang yang senantiasa berdusta dan selalu berdusta, hingga akhirnya ditulis di sisi Allah sebagai seorang pendusta.”
Imam Ibnul Qayyim berkata, Iman asasnya adalah kejujuran (kebenaran) dan nifaq asasnya adalah kedustaan. Maka, tidak akan pernah bertemu antara kedustaan dan keimanan melainkan akan saling bertentangan satu sama lain. Allah menggambarkan bahwa tidak ada yang bermanfaat bagi seorang hamba dan yang mampu menyelamatkannya dari azab, kecuali kejujurannya (kebenarannya).
Bentuk sikap jujur yang lain adalah jujur dalam perbuatan. Yaitu seimbang antara lahiriah dan batin, hingga tidaklah berbeda antara amal lahir dengan amal batin.
Sebagaimana dikatakan oleh Al-Muthaarrif, ”jika sama antara batin seorang hamba dengan lahiriyahnya, maka Allah akan berfirman, “Inilah hambaku yang benar/jujur.”
Dengan kata lain, jujur dalam perbuatan bisa disebut dengan seseorang yang mempunyai integritas. Berdasarkan kamus kompetensi, integritas (integrity) berarti satunya kata dengan perbuatan, mengkomunikasikan ide dan perasaan secara terbuka, jujur, dan langsung sekalipun dalam negosiasi yang sulit dengan orang lain.
Adapun hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi, yaitu :
Berpikir dahulu sebelum berbicara.
Satu hal yang perlu diingat, bahwa ucapan itu bersifat irreversible. Hati-hati dalam berbicara perlu dilakukan, dikhawatirkan ada orang lain yang terluka karena ucapan kita. Irreversible, berarti tidak dapat diubah. Memaafkan dan melupakan merupakan dua hal yang berbeda. Bisa saja orang yang tersakiti hatinya karena ucapan kita berkata telah memaafkan, namun dia tidak akan melupakan hal tersebut.
Hati-hati dengan ekspresi dan bahasa nonverbal anda.
Bisa saja anda tidak menyadari hal ini. Misalnya berkata dengan orang lain dengan tatapan merendahkan, melihat penampilan orang lain dari kepala sampai kaki (dari atas ke bawah), jarak berbicara yang tidak terlalu dekat, menghindari perbincangan, dsb.
Perbedaan antara bahasa verbal dan nonverbal adalah, kita bisa mengontrol bahasa verbal, namun sulit untuk mengontrol bahasa nonverbal kita. Untuk itu, hati-hatilah dalam menggunakan ekspresi dan bahasa nonverbal kita. Dikhawatirkan, secara tak sengaja ada hati yang terluka karena itu.
Nah, untuk itu mari kita aplikasikan komunikasi yang baik dengan menanamkan sikap jujur dalam kehidupan sehari-hari. Bukan hanya diaplikasikan dalam bulan Ramadhan saja, namun juga di sebelas bulan yang lain.
*mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Paramadina.



[1]menurut seorang perintis studi bahasa nonverbal, Ray L Birdwhistell.

1 komentar:

  1. permisi mohon saya izin untuk mengambil bagian mengenai jujur.. sy sdg membuat artikel mengenai prinsip komunikasi aa gym yg salah satunya adalah jujur.

    BalasHapus

Senang jika anda mau meninggalkan jejak di postingan ini..:)

Copyright © 2014 Jurnal Asri