Selasa, 25 Oktober 2011

yang Kita Perlu atau yang Kita Ingin?



Coba amati dan renungkan deh, keseharian kita saat ini. Dimana teknologi canggih dan teranyar hampir semua punya, khususnya di Ibukota. Saya ingat apa yang pernah disampaikan teman saya saat presentasi di kelas : “Sekarang, bisa diitung jari deh siapa yang gak pake BB di kampus ini..” dan dosen yang kebetulan duduk di sebelah saya langsung mengusap-usap bahu saya..”sabar ya Ri..” sambil melirik handphone (bukan smartphone) saya yang tergeletak di atas buku. Semua kelas sontak tertawa. Saya langsung nge-les, “Bu, saya ga pake BB itu pilihan..” dengan nada sok-sok Idealis gitu. Padahal, emang belum aja kali. Tapi, emang bener kok, saya akan menggunakan barang include BB jika saya benar-benar menyadari betapa penting fungsinya, tidak sekedar hasrat untuk memilikinya saja.
(saya ga anti BB lho, tapi kalo saya pake BB, saya akan sangat ‘sadar’ fungsi dari BB tersebut apa).
Sadar ga sih, Iklan-iklan yang kita lihat dengan sangat kreatifnya (kerjaanya orang adver nih) menyentuh perasaan kita, menyentuh sisi psikologis kita, dan mulai mem b i a s kan antara kebutuhan dan keinginan kita. Tak sedikit pastinya diantara kita, yang jadi korban mode. Setiap ada produk baru, langsung gatel pengen beli, padahal diferensiasinya cuma sedikit berubah dari produk sebelumnya. Faktor fungsi sebenarnya, mulai tergeserkan oleh faktor-faktor fungsi lain yang semu. Misalnya, pakaian yang fungsi dasarnya untuk menutup aurat, untuk melindungi (kulit) dan manusia itu sendiri, mulai tersamarkan menjadi fungsi ‘image’, ‘prestise’, dimana ketika menggunakan produk yang dinilai mempunyai prestise itu sendiri, kita si-pengguna merasa prestise diri kita menjadi terangkat. Saya rasa, paradigma kita mulai salah arah.
Kalau seperti ini terus menerus, ketika ada produk baru, kita begitu antusias untuk memilikinya, kita cenderung menjadi lebih konsumtif. Jika semua orang berpikiran seperti ini, mungkin saja Indonesia layaknya sebuah ‘pasar menjanjikan’ bagi produsen-produsen yang notabene adalah negara-negara yang sudah maju. Ketika angka konsumsi lebih besar daripada produksi, mau dibawa kemana bangsa ini??  Sekalipun produknya gagal, tetapi disiasati dengan strategi marketing dan iklan yang apik, kita anteng mengkonsumsinya.
Miris gak sih? Bangsa yang katanya besar, yang katanya kaya, yang katanya sejahtera dengan hasil buminya, begitu saja menjadi sasaran pasar dunia, pasar yang menjanjikan. Bagaimana mau maju kalau angka konsumsinya lebih besar daripada produksinya.
So, sebagai anak muda yang akan mengisi posisi penting beberapa tahun mendatang, mulai cerdaslah dalam menyikapi sesuatu, termasuk ketika menyikapi sebuah gadget baru, apakah kita membutuhkannya, atau menginginkannya?

0 comments:

Posting Komentar

Senang jika anda mau meninggalkan jejak di postingan ini..:)

Copyright © 2014 Jurnal Asri