Senin, 10 Oktober 2011

Ditanganmu, Nasib Indonesia Kedepan Ditentukan



Untuk kedua kalinya saya [baca: gue] bertemu dengan Mas Pandji Pragiwaksono. Sekarang, siapa sih yang ga kenal sama sosok humoris ini? Itu lho, hostnya Provokative Proactive. Ketemu dia pertamakalinya, yaitu saat gue mendapat sebuah cobaan [entah anugerah] pada bulan April 2011 kemarin, saat itu gue jadi panitia Forum Indonesia Muda X bertema entrepreuneur, dan jadi PJ di hari ketiga. Saat itu, celakanya, salah satu MC-nya ga dateng, dan mau ga mau, gue harus gantiin tuh MC. Singkat cerita, ternyata siangnya, pembicaranya itu Mas Pandji Pragiwaksono, gila..asik banget pokoknya.
Hari ini, gue ga nyangka bisa ketemu lagi sama dia. Kata temen gue, [karena gue ga inget jadwal kuliah], ada kuliah umum bertema Anti Korupsi. Rada telat, gue masuk ke aula yang udah dipenuhi anak-anak kampus small but Giant yang ikut mata kuliah ini. Gue ambil posisi di tengah.
Singkat cerita, datenglah Mas Pandji, masih dengan matanya yang sipit, [seperti baru bangun tidur]. Setelah selama 2 jam lebih dengerin share-nya Mas Pandji, gue rasa [karena merasa diri ini beruntung mengecap pendidikan, dan bertanggungjawab menyebarkan pengetahuan yang udah didapet] jadi gue mau share, apa yang udah gue dapat lewat tulisan ini. [kalau menurut kalian tulisan ini bermanfaat, boleh banget kok di share ke temen2 yang lain, dilike, atau di RT gitu..hehe..]

Sadar ga sih, kalau perubahan suatu bangsa itu bertumpu pada anak mudanya?? Masa iya sih? Coba deh kita runut balik sejarah bangsa ini :
Tahun 1908 = berdirinya organisasi pertama yang didirikan oleh Pemuda, yaitu Budi Utomo.
Tahun 1928 = Deklarasi Sumpah Pemuda, dimana ini kongres pertama kalinya (representasi pemuda Indonesia) berkumpul.
Tahun 1945 = Para Pemuda yang menculik Soekarno ke Rengasdengklok, dan mendesak agar kemerdekaan segera dideklarasikan. Padahal, mungkin Soekarno udah bilang : “Apa sih lu anak muda, kalian ga tau apa-apa...”
Tahun 1998 = Dimana para mahasiswa mampu menggulingkan rezim otoriter yang berkuasa.
So, sebenarnya pemuda itu punya power yang cukup kuat, dan betapa bodohnya orang yang ga percaya kalau perubahan suatu bangsa itu dimulai dari anak muda.
Kemiskinan dan Korupsi, merupakan dua hal yang menjadi masalah utama bangsa ini. Apa sih yang jadi faktor mendasar kenapa korupsi sulit diberantas?
Pertama, karena kita tidak terbiasa untuk melawan, tak biasa menyampaikan hal-hal yang sebenarnya tidak sesuai dengan apa kata hati kita. Seringnya kita malas mengungkapkannya, untuk menghindari perbedaan, menghindari konflik. Padahal, perbedaan itu wajar adanya. Perbedaan bukan untuk disatukan, tetapi, kita berbeda untuk bersatu. Konflik itu, perlu. Asalkan kita tahu, bagaimana manajemen konflik sebenarnya.
Kedua, kita Anak Muda, seringkali gerakan kita hanya terlokalisir di dunia online saja, mandeg disana. Seringkali, kita merasa sudah melakukan dengan hanya nge-like fanpage Cicak Lawan Buaya, atau dengan berkoar-koar didunia maya. Ga salah sih, menyuarakan semangat kita, menyuarakan apa yang ingin kita ubah, tapi jangan lupa, tak hanya berhenti sampai disini. Beda lho, antara mendukung dengan melakukan. Harus diikuti langkah real di dunia nyata. Mulai dari hal-hal kecil aja deh, misalnya bantu nyebrangin nenek-nenek, atau mulai tidak membiasakan berbohong, tidak telat masuk kelas, atau menemani anak-anak tetangga dekat kosan belajar (berbagi ilmu yang telah kita punya), atau menjadi volunteer disebuah LSM, Rumah Singgah, Atau Rumbel.
Kita bisa mulai dengan bergabung di sebuah LSM, Komunitas, Rumah Belajar, Rumah Singgah, atau apalah yang bermuatan kegiatan sosial. Mas Pandji Pragiwaksono juga, dia pendiri Yayasan Pita Kuning, dimana yayasan ini fokus di Anak-Anak Penyandang Kanker. Cerita Mas Pandji, dia pernah main ke salah satu daerah di NTT, kemudian bertemu dengan anak-anak disana. Dia memangku salah satu anak, [ringan banget katanya], pas ditanya usianya berapa, ternyata anak ini masih berusia 2 Tahun, [lebih ringan badannya ketimbang berat-nya anak Mas Pandji] yang waktu itu belum dua tahun. Then, dia mencoba memangku anak-anak yang lain, dan mereka ringan-ringan, lebih ringan daripada bobot seharusnya di usia mereka. Bagaimana kesehatan mereka mau terjamin, fasilitas kesehatannya saja tidak menunjang. [Padahal, sudah ada anggaran kesehatan untuk masyarakat bukan?] Kenapa masih ada saja ada bayi yang meninggal karena kesehatan yang tidak baik, dan Ibu-Ibu melahirkan yang meninggal?
Miris memang, melihat keadaan seperti ini. Kita, [anak-anak muda yang tinggal di ibukota, dan juga kota2 besar lainnya yang punya akses mudah] bisa menyuarakan apa yang sedang kita rasakan, apa yang sedang terjadi, lewat social media: fb, twitter, blog, BBM, G Plus, dsb. Kita bisa dengan mudah mengungkapkan kekesalan kita pada pelayanan publik yang tidak baik dengan berkomentar di Official web terkait, dan kemudian ditanggapi. Sedangkan mereka? Orang-orang yang tidak punya akses new media [baca : internet], listrik saja masih sulit ditemui. Bagaimana mereka menyuarakan hak-hak mereka?? Hmm..sepertinya kita patut bersyukur apa yang kita dapat hari ini.
Coba deh, keluar dari zona nyaman kita. Kuliah-Pulang-Kuliah-Pulang, atau Kuliah-Nongkrong-Pulang-Kuliah-Nongkrong-Pulang. Coba kita keluar dari jalur yang straight banget itu. Saran dari Mas Pandji sih, [kita sebagai anak muda] harus punya, setidaknya satu kegiatan sosial, apapun bentuknya. Karena, ketika bertemu dengan mereka, anak-anak misalnya secara langsung atau tidak kita akan mendapat suntikan semangat, semangat berbagi, dan semangat menatap beberapa Tahun mendatang Indonesia bisa lebih baik lagi.
Satu Pertanyaan : Kenapa, pemberitaan di TV sering sekali mengabarkan kasus korupsi? Kenapa, pemerintahan dan politik kita terlihat begitu carut marut dan penuh permainan?
Jawabannya : Karena orang-orang terbaik [bersih] di negeri ini enggan menduduki posisi-posisi penting. Dan yang menempati posisi-posisi itu sekarang, mungkin, orang-orang second best atau third best. Kalian pernah mendengar kan, berita orang-orang di Dewan ribut-ribut?
Syarat orang yang menduduki posisi ini yaitu punya kompeten dan passion. Punya kompeten, secara objektif orang ini memang punya kompetensi di pemerintahan, sehingga dalam menyelesaikan hal-hal yang berkaitan dengan rakyat, orang ini menghadirkan solusi-solusi terbaik. Kedua, punya passion. Tentunya, menyenangkan jika menjalankan sesuatu yang sesuai dengan minat kita, apalagi berkecimpung di dunia politik.
Politik, bisa dianalogikan seperti sebuah botol yang berisi air keruh setengahnya. Ada dua cara untuk membersihkan botol ini, dibalik kemudian menumpahkan seluruh isinya [namun cara ini terlalu radikal, dan memicu konflik, seperti yang pernah terjadi tahun 98], atau mengisinya terus menerus dengan air bersih, sehingga air kotor tersebut akan keluar. Sepertinya, cara yang kedua yang paling ramah lingkungan.
“Politik itu Kotor” banyak yang bilang seperti itu. Stop!! Don’t hate the game, but hate the player. Politik itu sendiri bersih, namun orang-orang di dalamnya yang membuatnya kotor. Contoh sederhananya gini deh, deket rumahmu ada got yang mampet dan banjir, kamu turun untuk membersihkannya. Ibu kamu melarang kamu ada disana. Kotor, banyak kuman, atau apalah alasannya. Tapi, catet : Iya, kamu memang kotor ada di sana, namun kamu kotor untuk membersihkannya. So, pastikan kursi-kursi penting di negeri ini diisi oleh professional, bersih, dan punya integritas. Integritas? Apaan tuh? Integritas itu, ketika ucapan seseorang sama dengan kelakuannya.
Saya jadi inget apa kata Bung Hatta, [yang disampaikan lewat Mas Pandji],
“Hanya ada satu yang menjadi negaraku, negara yang dibangun dengan perbuatan, dan itu perbuatanku.”(Hatta)
So, ayo keluar dari zona nyamanmu, dan lakukan apapun itu sebisa kamu. Siapkan dirimu menjadi pengganti stakeholder bangsa ini. Didunia ini, ga ada bantuan kecil, ga ada bantuan besar.
Semuanya hanya B-A-N-T-U-A-N.
Negeri ini bisa menjadi lebih baik melalui jalur pendidikan. Pendidikan seperti eskalator yang mengangkat nasib seseorang, dan memperbaiki bangsa ini juga. “Pendidikan bukan tugasnya guru, tapi menjadi tugas bagi orang-orang yang sudah mengecap pendidikan.”



6 komentar:

  1. love it! :)
    oh iya koreksi, aku ga setuju dgn pernyataan
    'Padahal, mungkin Soekarno udah bilang : “Apa sih lu anak muda, kalian ga tau apa-apa...”
    Itu nggak mungkin sri, Soekarno itu pemuda juga lo, dia sgt mendukung pemuda dalam upaya kemerdekaan Indonesia. Dia sgt sadar akan itu. Beliau pernah bilang 'Berikan aku sepuluh pemuda dan kami akan merubah dunia'

    Keep posting! :)

    BalasHapus
  2. makasih rona, responnya.
    itu iseng2nya aku aja sih, kan waktu kasus penculikan ke rengasdengklok, pemuda gregetan sama bung karno yang nyantai2 aja..(ga ada hubungannya ya..)

    ok deh..!!:)

    BalasHapus
  3. mba asri, keren blognyaa ^.^
    mba anak FIM yaa??

    kmrn2 ada ngunjungin blog aku yaa klo gak slh, mau balas sapaan di blog aku kmrn aja, salam kenal ya mbaa ^.^

    BalasHapus
  4. Iya, Pohon Pisangg...
    salam kenal juga..:)

    Yup, saya anak FIM Rescue,

    selamat datang di blog saya...^^

    BalasHapus
  5. panggil eja aja ya ^^

    salaam kenaal mbak asri :)
    mbaa ajarin bkin blog bagus kayak mba? :)

    BalasHapus
  6. oke deh Eja, salam kenal juga.

    Alhamdulillah ya, ada yang apresiasi blog ini. Ini masih dalam tahap belajar Mas Eja..^^

    BalasHapus

Senang jika anda mau meninggalkan jejak di postingan ini..:)

Copyright © 2014 Jurnal Asri